Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Merangkak Naik Usai OPEC+ Tegaskan Pemangkasan Produksi

Harga minyak kini tengah dalam tren menuju level tertingginya dalam lima bulan, setelah OPEC+ tegaskan akan mempertahankan pemangkasan produksi.
Harga minyak kini tengah dalam tren menuju level tertingginya dalam lima bulan, setelah OPEC+ tegaskan akan mempertahankan pemangkasan produksi./Bloomberg
Harga minyak kini tengah dalam tren menuju level tertingginya dalam lima bulan, setelah OPEC+ tegaskan akan mempertahankan pemangkasan produksi./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak kini tengah dalam tren menuju level tertingginya dalam lima bulan, setelah OPEC+ mengonfirmasi akan mempertahankan pengurangan pasokan hingga akhir Juni 2024.

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (4/4/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2024 telah melemah -0,01% atau -0,01 ke level US$85,42 per barel pada pukul 14.05 WIB.

Sementara itu, harga minyak Brent, sebagai patokan global, pada kontrak Juni 2024 menguat 0,02% atau 0,02 poin ke posisi US$89,37 per barel.

Pada pertemuan Rabu (3/4) OPEC dan sekutunya telah merekomendasikan untuk tidak merubah kebijakan. Hal ini akan membantu untuk menjaga pasar global tetap ketat selama beberapa bulan kedepan.

Namun, nyatanya kepatuhan terhadap tingkat kuota OPEC+ masih menjadi masalah. Irak memompa lebih banyak minyak melebihi target yang telah disepakati pada Maret 2024, meskipun Irak berjanji untuk membatasi aliran minyak sebagai kompensasi.

Adapun, ekspor minyak mentah Rusia baru-baru ini juga mengalami peningkatan.

“Untuk dua atau tiga bulan ke depan, saya memperkirakan produksi OPEC akan turun lebih jauh lagi,” jelas ahli strategi komoditas senior di ANZ Banking Group Ltd., Daniel Hynes.

Lanjutnya, ia mengatakan bahwa para anggota yang juga keluar dari pertemuan OPEC+ membahas mengenai kepatuhan terhadap kuota lebih dekat, mengacu pada pemangkasan yang telah disepakati sebelumnya.

Patokan minyak mentah global yakni Brent telah meningkat sekitar 16% pada 2024. Hal ini karena pasokan yang lebih ketat, gangguan pengiriman, dan serangan Ukraina terhadap kilang Rusia. Terdapat juga tanda-tanda kebangkitan permintaan di Asia.

Kemudian, Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan bahwa penurunan suku bunga AS masih mungkin terjadi pada 2024, meskipun bank sentral tengah menunggu tanda-tanda yang lebih jelas dari penurunan inflasi.

Stok minyak mentah nasional AS juga meningkat 3,21 juta barel pada minggu lalu. Hal ini kontras dengan perkiraan kelompok industri yang memproyeksi adanya penurunan persediaan.

Kepemilikan bensin juga mengalami penurunan terbesar sejak Maret 2024, sehingga menyebabkan harga lebih tinggi untuk minyak berjangka dan para pengemudi di Amerika. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper