Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas telah mencatatkan rekor tertinggi pagi ini di tengah menguatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS). CPO juga mencatatkan penguatan di tengah sentimen yang positif.
Meski demikian, harga logam kuning berkilau itu di pasar spot mencari keseimbangan baru. Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (2/4/2024), harga emas spot berbalik melemah -0,09% atau -2,56 poin ke US$2.248,88 per troy ounce pada pukul 07.00 WIB. Kemudian, harga emas Comex kontrak Juni 2024 menguat 0,54% atau 12,20 poin ke US$2.269,30 per troy ounce.
Mengutip Reuters, harga emas telah menyentuh rekor tertinggi pada Senin (1/4) karena laporan inflasi yang lebih lemah. Hal ini memperkuat spekulasi bahwa bank sentral AS The Fed akan menurunkan suku bunga pertamanya pada Juni 2024.
“Tidak adanya kejutan kenaikan dalam rilis indeks harga inti pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) mungkin telah memberikan lampu hijau lebih lanjut bagi harga emas untuk mencapai rekor rekor baru,” jelas ahli strategi pasar IG, Yeap Jun Rong.
Harga emas telah mencatatkan kenaikan bulanan terbesar dalam lebih dari tiga tahun pada Maret 2024, setelah reli yang dipicu oleh spekulasi penurunan suku bunga, permintaan yang kuat sebagai lindung nilai (safe-haven) dan pembelian dari bank sentral.
Lanjutnya, angka inti yang saat ini berada di level terendah dalam hampir dua tahun juga berpotensi menawarkan beberapa validasi bagi The Fed, untuk mulai menurunkan proses penurunan suku bunga lebih cepat.
Baca Juga
"Posisi di antara para manajer investasi mungkin telah menyentuh level tertinggi dalam dua tahun terakhir, tetapi masih belum mencapai level yang diperpanjang seperti pada tahun 2016 atau 2020, yang mungkin menunjukkan adanya ruang untuk melakukan aksi beli," jelas Rong.
Harga CPO Ditutup Menghijau
Sementara itu, harga CPO atau minyak kelapa sawit di Bursa Derivatif Malaysia pada April 2024 menguat 93 poin menjadi 4.418 ringgit per metrik ton. Kontrak acuan, Juni 2024, juga telah menguat 72 poin menjadi 4.338 ringgit per metrik ton.
Mengutip Bernama, seorang dealer berpendapat bahwa kontrak berjangka minyak sawit di Bursa Malaysia Derivatives telah menunjukan tren meningkat pada Senin (1/4) di tengah sentimen positif.
Pedagang minyak sawit David Ng menuturkan bahwa ekspektasi kinerja ekspor yang lebih kuat pada Maret 2024 terus meningkatkan sentimen pasar lebih tinggi, serta harga minyak kedelai yang juga lebih kuat.
“Dukungan terlihat hari ini pada RM4.150 per ton dan resistensi pada RM4.350 per ton,” jelasnya.
Sebelumnya, berdasarkan catatan Bisnis, kontrak berjangka CPO diperkirakan diperdagangkan dengan bias menurun, karena adanya kenaikan harga baru-baru ini yang akan mendorong aktivitas ambil untung. Ia memperkirakan harga berada di 4.150-4.300 ringgit per ton.
Pedagang senior Interbrand Group of Companies Jim Teh menuturkan koreksi teknis terjadi pada minggu ini, dengan CPO yang berada di harga 3.850-3.950 ringgit per ton.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia ditutup melemah -0,20% terhadap dolar AS pada Senin (1/4). Ringgit yang menguat melemah minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.