Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.793 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (26/3/2024). The Fed saat ini membuka peluang untuk menurunkan suku bunga 75 bps dengan mempertimbangkan tingkat inflasi.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 0,04% atau 7 poin ke posisi Rp15.793 per dolar AS. Adapun indeks dolar terpantau melemah 0,06% ke posisi 103,875.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya terpantau bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang naik 0,09%, dolar Singapura menguat 0,10%. won Korea naik 0,22%, peso Filipina menguat 0,09%, rupee India menguat 0,11%, dan ringgit Malaysia menguat 0,10%.
Sementara itu, mata uang yang melemah adalah baht Thailand sebesar 0,02%, yuan China melemah 0,11%, dan dolar Taiwan turun 0,15%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan The Fed memang menandai kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 75 basis poin pada tahun ini, namun menambahkan bahwa hal ini akan sangat bergantung pada jalur inflasi.
Hal ini membuat rilis indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti, yang merupakan ukuran inflasi dasar yang disukai The Fed, menjadi fokus perhatian, meskipun hal ini akan dirilis ketika pasar tutup pada hari Jumat Agung.
Baca Juga
Selain itu, ada sejumlah pejabat Fed yang akan berbicara minggu ini – termasuk Ketua Fed Jerome Powell, presiden Fed Atlanta Raphael Bostic dan gubernur Fed Lisa Cook dan Christopher Waller. Komentar mereka juga akan dipelajari dengan cermat seiring pasar mencari petunjuk mengenai arah kebijakan suku bunga, termasuk kemungkinan bank sentral mulai menurunkan suku bunga pada bulan Juni.
Selain itu, Presiden Bundesbank Joachim Nagel mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa ECB mungkin berada dalam posisi untuk menurunkan suku bunga sebelum reses musim panas, mungkin pada bulan Juni, karena inflasi sedang menuju kembali ke target bank sebesar 2%.
“Eropa akan melakukan pengujian inflasi minggu ini dengan data harga konsumen yang dikeluarkan dari Perancis, Italia, Belgia dan Spanyol, menjelang laporan CPI zona euro secara keseluruhan minggu depan,” kata dia dalam riset harian, Selasa (26/3/2024).
Dari dalam negeri, pasar merespon positif terhadap prospek perekonomian Indonesia diperkirakan tetap kuat sejalan dengan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Indonesia yang dipertahankan pada BBB+ dengan outlook stabil oleh Lembaga Pemeringkat Japan Credit Rating Agency, Ltd. (JCR).
Keputusan ini mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat dan utang pemerintah yang terkendali. JCR juga memperkirakan bahwa utang pemerintah akan menurun secara gradual sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi dan defisit fiskal pemerintah.
Dengan afirmasi rating Indonesia tersebut, pemangku kepentingan internasional tetap memiliki keyakinan yang kuat atas terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia. Hal ini didukung oleh kredibilitas kebijakan serta sinergi bauran kebijakan yang kuat antara Bank Indonesia dan Pemerintah.
Sementara itu, Ibrahim memproyeksikan pada perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.780 - Rp15.850 per dolar AS.