Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) bersama dengan PT PLN Indonesia Power (IP) menjalin kemitraan strategis guna mendorong komersialitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Kerja sama ini merupakan bentuk kolaborasi grup BUMN energi di Indonesia untuk memaksimalkan potensi panas bumi, sekaligus meningkatkan komersialitas bisnis sebagai upaya strategis meraih target 1 GW kapasitas terpasang dalam 2-3 tahun ke depan.
Direktur Utama PGEO Julfi Hadi menuturkan bahwa kedua pihak kini mengadopsi skema baru untuk meningkatkan komersialitas proyek panas bumi, dengan menambah kapasitas produksi listrik melalui utilisasi air panas hasil pemisahan uap (brine).
Menurutnya, melalui kemitraan yang tertuang dalam penandatanganan Joint Development Study Agreement (JDSA) ini, terdapat sejumlah target studi kelayakan yang dibidik kedua pihak.
Semisal, proyek co-generation yang menarik dan bankable dengan kajian yang dilakukan secara komprehensif sehingga mampu mencapai tingkat komersialitas optimal.
Potensi penambahan kapasitas terpasang melalui implementasi co-generation diperkirakan menyentuh 230 MW. Untuk saat ini, lokasi prioritas untuk studi kelayakan adalah Ulubelu Bottoming Unit (BU) 30 MW dan Lahendong BU 15 MW.
Baca Juga
“Kami optimistis JDSA ini akan berkontribusi secara signifikan dalam mencapai aspirasi PGEO untuk menjadi 1 GW company,” ujar Julfi dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (24/2/2024).
Adapun target berikutnya adalah proyek Internal Rate of Return (IRR) dengan penyelesaian Power Purchase Agreement (PPA) secara cepat sesuai koridor harga dalam Perpres 112/2022.
Direktur Pengembangan Bisnis dan Niaga PLN IP Bernadus Sudarmanta mengatakan, kemitraan ini merupakan awal yang tepat untuk mewujudkan transisi energi dan upaya tinggal landas menuju pertumbuhan bisnis panas bumi yang lebih baik
“PGEO dan PLN IP berkomitmen untuk mengupayakan percepatan penyelesaian PPA sehingga target operasi juga dapat diraih lebih cepat,” kata Bernadus.
Kedua pihak pun sepakat mempercepat proyek ini dan menjadikannya sebagai model bisnis untuk pengembangan panas bumi. JDSA juga diharapkan mempercepat pengembangan PLTP untuk mendukung transisi energi terutama panas bumi sebagai beban listrik dasar.