Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Anjlok Tertekan Pelemahan Saham-saham Perbankan

Wall Street ditutup anjlok pada akhir perdagangan Selasa (16/1/2024) waktu setempat, terimbas pelemahan saham-saham sektor perbankan.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York ditutup anjlok pada akhir perdagangan Selasa (16/1/2024) waktu setempat, terimbas pelemahan saham-saham sektor perbankan setelah JP Morgan dan Goldman Sachs merilis laporan keuangannya.

Mengutip Reuters, Rabu (17/1/2024), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 0,62% atau 231,86 poin ke 37.361,12, indeks S&P 500 juga ambles 0,37% atau 17,85 poin ke 4.765,98, dan Nasdaq tergelincir 0,19% atau 28,41 poin ke 14.944,35.

Saham Morgan Stanley (MS.N), turun 4,2% ke level terendah lebih dari satu bulan setelah membukukan laba kuartalan yang lebih rendah, sementara saham Goldman Sachs (GS.N), berakhir 0,7% lebih tinggi setelah melaporkan kenaikan laba 51% .

Indeks bank S&P 500 (.SPXBK), merosot 1,2% ke level terendah dalam satu bulan setelah bank-bank besar AS lainnya melaporkan laba yang lebih rendah pada hari Jumat (12/1).

Saham Spirit Airlines (SAVE.N), juga merosot 47% setelah hakim federal memblokir JetBlue Airways (JBLU.O), yang merencanakan akuisisi maskapai berbiaya sangat rendah senilai US$3,8 miliar, menyetujui kesepakatan dengan Departemen Kehakiman AS.

Saham Apple (AAPL.O), juga turun 1,2% setelah menawarkan diskon langka pada iPhone di Tiongkok sebagai respons terhadap ketatnya persaingan di sana.

Sebelumnya, Gubernur Federal Reserve Christopher Waller meredam sentimen dengan mengatakan tidak boleh terburu-buru menurunkan suku bunga meskipun ia lebih yakin inflasi berada pada jalur yang tepat untuk memenuhi target The Fed sebesar 2%.

Para pedagang mengurangi ekspektasi bahwa The Fed mungkin akan mulai menurunkan suku bunganya pada bulan Maret, seiring dengan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS.

"Tentu saja valuasinya diperpanjang, tapi saya pikir apa yang terjadi saat ini lebih merupakan konsolidasi pasar yang lebih luas seputar gagasan bahwa investor menjadi terlalu optimis mengenai seberapa besar keinginan The Fed untuk menurunkan suku bunganya," kata Ross Mayfield analis investasi dari Baird sebagaimana dikutip Reuters.

Menyusul kenaikan kuat pada bulan Desember, S&P 500 telah mendekati rekor penutupan tertinggi pada Januari 2022 selama beberapa sesi terakhir. Namun sekarang turun sekitar 1% dari rekor tertinggi itu.

Wall Street naik minggu lalu karena investor terus bertaruh pada awal siklus pelonggaran kebijakan moneter The Fed, meskipun kurangnya dukungan dari para pembuat kebijakan dan data inflasi yang beragam.

UBS Global Research meningkatkan target akhir tahun 2024 untuk S&P 500 (.SPX), menjadi 5.150 poin, mewakili kenaikan lebih dari 8% dari level saat ini.

Dari 11 indeks sektor S&P 500, 10 turun, dipimpin oleh penurunan 2,4% pada sektor energi (.SPNY), diikuti oleh penurunan 1,2% pada sektor material (.SPLRCM). Indeks teknologi (.SPLRCT), naik 0,4%.

Volume di bursa AS relatif besar, dengan 13,0 miliar lembar saham diperdagangkan, dibandingkan dengan rata-rata 12,1 miliar lembar saham pada 20 sesi sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ibad Durrohman
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper