Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten batu bara milik konglomerat Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) terpantau lesu pada awal perdagangan hari ini, Jumat, (15/12/2023). Padahal, hari ini bertepatan dengan cum dividen BYAN sebesar US$500 juta atau sekitar Rp7,75 triliun (kurs jisdor Rp15.504 per dolar AS).
Mengacu data RTI Business pukul 09.00 WIB, saham BYAN dibuka stagnan di level Rp19.000 per saham. Kemudian pada pukul 09.30 atau 30 menit perdagangan, saham BYAN justru turun 0,53% atau 100 poin ke level Rp18.900 per saham.
Transaksi perdagangan saham BYAN pun terpantau minim, dengan frekuensi transaksi hanya sebanyak 18 kali dengan volume 14.600 saham. Nilai transaksi saham BYAN pada pagi ini pun terpantau Rp276,95 miliar.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, pergerakan saham BYAN saat ini masih berada pada fase sideways-nya dan masih berada pada rentang MA20 dan MA20.
Dia menyarankan investor untuk mencermati volume yang tidak begitu besar dan pergerakan indikator MACD dan Stochastic yang belum menunjukkan tanda penguatan.
"Rekomendasi wait and see untuk saham BYAN dengan level support Rp18.600 dan level resisten Rp19.250 per saham," ujar Herditya kepada Bisnis, Jumat, (15/12/2023).
Baca Juga
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, manajemen BYAN mengumumkan berdasarkan keputusan rapat Direksi dan rapat Komisaris pada 5 Desember 2023, BYAN memutuskan membagikan dividen interim.
Dividen senilai US$500.000.025 (US$500 juta) atau setara US$0,015 per saham dengan kurs Jisdor ditetapkan Rp15.504 per dolar AS. Jika menggunakan asumsi kurs tersebut maka dividen BYAN setara Rp7,75 triliun atau Rp232,56 per saham.
Cum dividen di pasar reguler dan negosiasi jatuh pada hari ini, 15 Desember 2023. Sementara itu, recording date atau daftar pemegang saham yang berhak atas dividen jatuh pada 19 Desember 2023. Sedangkan pembayaran dividen interim akan dilaksanakan 5 Januari 2024.
Sementara itu, BYAN mengalami tekanan kinerja dengan mencatatkan penurunan laba bersih dan pendapatan per kuartal III/2023.
Berdasarkan laporan keuangan di laman BEI, BYAN mencatatkan laba bersih US$910,5 juta atau sekitar Rp14,13 triliun (kurs jisdor Rp15.524 per dolar AS) pada 9 bulan pertama 2023. Laba bersih BYAN menyusut 44,05% secara year-on-year (yoy) dibandingkan periode sama 2022 sebesar US$1,62 miliar atau sekitar Rp25,26 triliun.
Turunnya laba bersih, BYAN sejalan dengan pendapatan yang menyusut 17,65% yoy menjadi US$2,75 miliar atau sekitar Rp42,8 triliun, dibandingkan per kuartal III/2022 sebesar US$3,34 miliar atau sektar Rp51,97 triliun.
Secara rinci berdasarkan segmen, pendapatan BYAN ditopang dari batu bara sebesar US$4,52 miliar, diikuti pendapatan non-batubara sebesar US$948,56 juta. Pendapatan itu dikurangi biaya eliminasi sebesar US$2,72 miliar.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.