Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mengalami kerugian mingguan keempat setelah tenggelam ke pasar bearish karena tanda-tanda pasokan yang sehat dan peningkatan stok, mengimbangi upaya para pemimpin OPEC+, Arab Saudi, dan Rusia untuk menjaga penurunan.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (17/11/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Desember 2023 menguat 0,14% atau 0,10 poin menjadi US$73 per barel pada pukul 14.02 WIB. Kemudian, harga minyak Brent kontrak Januari 2024 juga menguat 0,09% atau 0,07 poin ke US$77,49 per barel, pada pukul 14.03 WIB.
Kendati naik hari ini, harga minyak mentah WTI diperdagangkan mendekati US$73 per barel setelah menurun lebih dari 20% dari puncaknya pada September 2023. Kemudian, Brent juga menurun hampir 5% pada Kamis (16/11/2023) mengikuti peningkatan persediaan minyak mentah AS dan kemungkinan oleh program penjualan otomatis.
Penurunan harga minyak mentah terjadi selama empat minggu berturut-turut, yakni penurunan terpanjang sejak Mei 2023. Padahal terjadi pemangkasan pasokan secara kolektif dan sukarela oleh OPEC dan sekutunya.
Kemudian, kerugian tersebut juga diperparah dengan hilangnya premi risiko perang Israel-Hamas, karena kekhawatiran bahwa konflik tersebut akan meluas dan mengganggu pasokan minyak hingga saat ini belum terjadi.
Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan bahwa pertumbuhan produksi mengindikasikan bahwa pasar global tidak akan seketat yang diperkirakan pada kuartal ini, sehingga menambah tekanan pada OPEC+ menjelang pertemuan mengenai kebijakan pasokannya pada 26 November 2023.
Baca Juga
“Kami yakin OPEC akan memastikan harga minyak Brent berada pada kisaran US$80 hingga US$100 pada tahun 2024 dengan memastikan defisit yang moderat dan memanfaatkan kekuatan penetapan harga,” jelas analis Goldman Sachs Group Inc. termasuk Daan Struyven.
Lanjutnya, menurut mereka, aksi jual terbaru didorong oleh pasokan non-OPEC yang melampaui ekspektasi.
Kemudian, data pertengahan minggu juga menunjukan stok minyak mentah AS secara nasional meningkat untuk menggi keempat, dan mencapai level tertinggi sejak Agustus 2023. Sebagian dari peningkatan tersebut terjadi di pusat utama di Cushing, Oklahoma, dengan kepemilikan meningkat lebih dari 8%.
Ada juga beberapa tanda ketidakpastian dalam permintaan. Data dari China, importir minyak terbesar di dunia, menunjukkan bahwa perusahaan penyulingan mengurangi tingkat pemrosesan harian pada Oktober 2023, karena permintaan minyak yang menurun dari bulan sebelumnya.
Di lain sisi, tunjangan pengangguran AS juga naik ke level tertinggi dalam hampir dua tahun terakhir. Hal ini menandakan adanya perlambatan di konsumen minyak mentah terbesar di dunia.
"Serangkaian data makro yang lemah, ditambah dengan meningkatnya stok minyak mentah AS, memicu aksi jual minyak," jelas pakar strategi investasi di Standard Chartered Plc, Han Zhong Liang. Harga WTI kemungkinan besar juga dinilai lesu lantaran perlambatan ekonomi global.
Pola penetapan harga di sepanjang kurva berjangka menunjukkan kondisi yang lebih longgar. Selisih antara dua kontrak terdekat Brent adalah 12 sen per barel dalam kondisi contango, yakni di mana harga jangka pendek lebih rendah dari harga jangka panjang. Hal ini dibandingkan dengan lebih dari US$1 per barel dalam kondisi backwardation sebulan yang lalu.