Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah hari ini ditutup perkasa dengan meninggalkan level psikologis Rp15.500. Mayoritas mata uang Asia juga berhasil melibas dolar AS pada akhir pekan.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (17/11/2023), rupiah menguat 0,40% atau 62 poin sehingga parkir di posisi Rp15.492 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan mata uang utama, juga menguat 0,17% atau 0,18 poin ke 104,53 pada 15.20 WIB.
Adapun yen Jepang tercatat menguat 0,46%, won Korea Selatan menguat 0,04%, dolar Taiwan menguat 0,28%, dan ringgit Malaysia menguat 0,115%. Di sisi lain, yuan China terkoreksi tipis 0,06%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan indeks dolar cederung stabil terhadap mata uang lainnya pada Jumat. Namun greenback diperkirakan akan melemah hampir 1,5% pada minggu ini, karena serangkaian pembacaan ekonomi yang moderat.
Setelah pembacaan inflasi AS untuk bulan Oktober yang lebih rendah dari perkiraan, data pada Kamis menunjukkan bahwa klaim pengangguran mingguan AS tumbuh lebih dari perkiraan selama empat minggu berturut-turut.
Menurut Ibrahim, data tersebut memicu meningkatnya spekulasi bahwa The Fed telah selesai menaikkan suku bunga, dan kemungkinan mulai memangkas suku bunga pada pertengahan tahun 2024.
Baca Juga
“Risalah pertemuan The Fed bulan Oktober akan dirilis minggu depan, dan juga akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai prospek bank sentral,” kata Ibrahim dalam riset, Jumat (17/11/2023).
Lebih lanjut, data yang dirilis minggu ini menunjukkan beberapa tanda ketahanan perekonomian China, seiring dengan pertumbuhan produksi industri dan penjualan ritel yang lebih besar dari perkiraan.
Kendati demikian, kata Ibrahim, indikator-indikator perekonomian lainnya pada bulan Oktober masih menunjukkan pelemahan yang konsisten pada perekonomian China, terutama ketika perekonomian China tergelincir ke dalam wilayah disinflasi.
Menurut Ibrahim, fokus pasar saat ini tertuju pada Bank Rakyat Tiongkok (PBOC), yang akan memutuskan suku bunga acuan pinjaman utama pada Senin (20/11/2023). PBOC diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada rekor terendah, karena bank tersebut kesulitan menjaga keseimbangan antara menopang pertumbuhan ekonomi dan membendung pelemahan yuan.
Dari sentimen domestik, lanjut Ibrahim, Indonesia akan menghadapi tahun politik pada 2024 mendatang. Ada banyak keraguan menyelimuti investor untuk melakukan investasi karena adanya potensi ketidakstabilan yang ditimbulkan dari gejolak politik.
“Pasar yakin bahwa perekonomian Indonesia tidak akan terhambat karena adanya Pemilihan Umum [Pemilu] pada 2024 nanti. Sebaliknya, Indonesia adalah tempat yang nyaman untuk melakukan investasi,” jelasnya.
Sebagai informasi, data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi mencapai Rp349,8 triliun pada kuartal II-2023, atau naik 15,7% secara year-on-year (yoy), dan meningkat 6,3% secara quarter-to-quarter (qtq) dibandingkan kuartal I-2023.
Ibrahim menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia memang melambat menjadi 4,94% (yoy) pada triwulan-III, meleset dari prediksi 5 persen. Namun, hal ini tidak menutup fakta kalau Indonesia adalah pasar yang potensial, lantaran punya jumlah penduduk banyak, demografi muda, serta pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang terhitung konsisten.
Ibrahim memprediksi nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif namun berpeluang ditutup menguat di rentang Rp15.460- Rp15.540 per dolar AS pada Senin depan (20/11/2023).