Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah masih menujukkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Kamis, (16/11/2023). Namun, secara year-to-date (ytd) pergerakan mata uang rupiah berbalik positif.
Mengacu data Bloomberg pada Kamis (16/11/2023) rupiah ditutup melemah 20,50 poin atau 0,13% menuju level Rp15.554 per dolar AS. Di lain sisi, indeks mata uang Negeri Paman Sam menguat 0,08% ke posisi 104,47.
Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong mengatakan, rupiah masih berpeluang menguat hingga akhir tahun, terlebih didorong oleh kinerja neraca perdagangan RI pada Oktober 2023 yang membaik.
"Kemungkinan rupiah menguat tetap ada, terlebih secara mengejutkan data neraca perdagangan, ekspor dan impor Indonesia lebih baik dari perkiraan," ujar Lukman kepada Bisnis, Kamis, (16/11/2023).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia berlanjut pada Oktober 2023 mencapai US$3,48 miliar. Capaian surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada September 2023 yang tercatat sebesar US$3,41 miliar.
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 42 bulan beruntun.
Baca Juga
Kendati demikian, Lukman mengatakan dolar AS masih berpotensi berbailk menguat terutama terhadap mata uang utama dunia. Selain itu, ketidakpastian perang antara Israel-Hamas dan Rusia-Ukraina juga masih akan mendukung safe haven dolar AS dan menekan mata uang berisiko.
Lukman mengatakan, sentimen positif untuk nilai tukar rupiah yaitu ekspektasi inflasi yang akan terus menurun di AS dan Eropa yang berimbas pada turunnya ekspektasi pada prospek tingkat suku bunga.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan CPI periode Oktober tumbuh 3,2% year-on-year (YoY) lebih rendah dari bulan sebelumnya 3,7% YoY, dan forecast di Trading Central 3,3% YoY.
Berikutnya CPI inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan tumbuh 4% YoY, sesuai dengan forecast Trading Central tetapi lebih rendah dari bulan sebelumnya 4,1% YoY.
Dia bilang, investor juga sudah akan mulai mengantisipasi kebijakan bank sentral dunia, terutama dari The Fed yang akan melonggar tahun depan. Namun ketidakpastian geopolitik global masih menjadi sentimen negatif yang membayangi.
"Dengan absennya data ekonomi penting dari eksternal maupun domestik, rupiah pekan depan diperkirakan akan berkonsolidasi di kisaran Rp15.500 hingga Rp15.600," pungkas Lukman.