Bisnis.com, JAKARTA – Tiga dari empat emiten BUMN Karya telah merilis laporan keuangan hingga kuartal III/2023. Mereka adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP).
Dari ketiganya, tercatat hanya Waskita Karya yang masih membukukan rugi bersih sepanjang Januari 2023 hingga September 2023. Berdasarkan laporan keuangannya, WSKT mencatatkkan rugi bersih Rp2,83 triliun atau berbalik dari laba Rp425,29 juta pada tahun sebelumnya.
SVP Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita menuturkan bahwa kerugian yang diperoleh perseroan diakibatkan oleh tingginya beban keuangan yang ditanggung.
Waskita hingga kuartal III/2023 mencatatkan beban keuangan sebesar Rp3,16 triliun atau meningkat 4,57% secara year-on-year (YoY). Perseroan juga menorehkan rugi bersih entitas asosiasi dan ventura bersama senilai Rp226,79 miliar.
“Kerugian yang dicatatkan Waskita disebabkan oleh tingginya beban keuangan yang ditanggung saat ini. Adapun strategi ke depannya adalh mengurangi porsi beban keuangan melalui restrukturisasi utang,” tutur Ermy kepada Bisnis, baru-baru ini.
Beban keuangan mencakup beban bunga atas utang bank ataupun nonbank, beban provisi, dan beban administrasi bank yang terkait dengan perolehan pinjaman grup selama periode berjalan.
Sementara itu, sepanjang Januari-September 2023, perseroan meraih pendapatan sebesar Rp7,81 triliun atau turun 24,14% YoY dari posisi sebelumnya sebesar Rp10,3 triliun.
Perinciannya, pendapatan dari segmen konstruksi melemah 29,68% YoY menjadi Rp6,31 triliun, sementara pendapatan dari bunga jasa konstruksi turun 3,7% YoY menjadi Rp45,36 miliar.
Adapun penjualan precast tumbuh 21,95% YoY menjadi Rp372,69 miliar, diikuti pendapatan jalan tol yang mencapai Rp830,77 miliar atau naik 23,51% secara tahunan, dan pendapatan properti melemah 24,88% YoY ke Rp134,01 miliar.
Warga melintas di dekat logo PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) di Jakarta, Senin (4/7/2022). Bisnis/Suselo Jati
Seiring dengan hal tersebut, beban pokok pendapatan yang dirangkum perseroan mencapai Rp7,04 triliun atau menurun 24,40% secara tahunan. Hal ini diakibatkan mayoritas beban pokok yang berasal dari jasa konstruksi mengalami penurunan.
Melalui perolehan pendapatan dan beban tersebut, Waskita Karya mengakumulasikan laba kotor sebesar Rp773,93 miliar atau terkoreksi 21,68% dari torehan tahun sebelumnya.
ADHI & PTPP Cetak Laba Bersih
Berbeda nasib dengan Waskita Karya, ADHI dan PTPP tercatat mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sampai dengan kuartal III/2023.
ADHI, misalnya, mencatatkan laba bersih sebesar Rp23,53 miliar, tumbuh 11,94% YoY. Meski demikian, laba per saham turun dari level Rp5,9 menuju Rp2,8 per lembar.
Baca Juga : Balapan Kontak Baru BUMN Karya Kuartal III/2023, ADHI Memimpin, PTPP, WIKA dan WSKT Mengekor |
---|
Pertumbuhan laba bersih Adhi Karya didorong oleh capaian pendapatan yang tumbuh 25,36% YoY menjadi Rp11,44 triliun. Hal ini didorong oleh pendapatan dari segmen teknik dan konstruksi yang tercatat mencapai Rp9,44 triliun atau meningkat 27,96% YoY.
Pendapatan dari segmen manufaktur juga melesat 60,94% YoY menuju angka Rp960,01 miliar, diikuti segmen properti dan pelayanan sebesar Rp427,15 miliar atau turun 27,95% YoY, serta segmen investasi membukukan Rp620,1 miliar atau naik 9,74% YoY.
Seiring kenaikan pendapatan, beban pokok perseroan juga meningkat 28,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp10,32 triliun. Alhasil laba kotor yang dirangkum ADHI sepanjang Januari-September 2023 mencapai Rp1,11 triliun, tumbuh 4,10% YoY.
Sementara itu, PTPP mencetak laba bersih sebesar Rp239,72 miliar pada kuartal III/2023, naik 70% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yakni Rp141,02 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, PTPP membukukan pendapatan usaha sebesar Rp12,22 triliun. Jumlah ini melemah 9,18 secara tahunan.
Turunnya pendapatan perusahaan disebabkan oleh melemahnya segmen jasa konstruksi, yang sepanjang Januari-September 2023, meraup Rp9,92 triliun atau turun 8,19% YoY.
Adapun segmen rekayasa, pengadaan, dan konstruksi atau engineering-procurement-construction (EPC) membukukan pendapatan Rp1,38 triliun, meningkat 73,58% secara tahunan.
Di tengah meningkatnya pendapatan usaha, beban pokok pendapatan PTPP terkoreksi 9,77% YoY menjadi Rp10,5 triliun. Hal ini diakibatkan mayoritas beban pokok yang berasal dari pos jasa konstruksi mengalami penurunan secara tahunan.
Melalui perolehan pendapatan dan beban tersebut, PTPP mengakumulasikan laba kotor sebesar Rp1,71 triliun atau terkoreksi 5,43% dari torehan tahun sebelumnya.