Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Batu Bara Naik, Adaro (ADRO) Raih Pendapatan Rp77,14 Triliun

Emiten batu bara Garibaldy ‘boy’ Thohir, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) membukukan penurunan pendapatan usaha.
Emiten batu bara Garibaldy ‘boy’ Thohir, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) membukukan penurunan pendapatan usaha.
Emiten batu bara Garibaldy ‘boy’ Thohir, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) membukukan penurunan pendapatan usaha.

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten batu bara Garibaldy ‘boy’ Thohir, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) membukukan penurunan pendapatan usaha sebesar 15,76% menjadi US$4,98 miliar atau setara Rp77,14 triliun (kurs jisdor Rp15.487) sepanjang periode sembilan bulan 2023. 

Berdasarkan laporan keuangan, ADRO membukukan penurunan pendapatan usaha menjadi US$4,98 miliar dibandingkan periode yang sama sebesar US$5,91 miliar. Pendapatan tersebut ditopang oleh penjualan batu bara ekspor pihak ketiga sebesar US$4,09 miliar dan domestik sebesar US$592,46 juta. 

Kemudian pendapatan juga ditopang oleh jasa pertambangan sebesar US$98,70 juta dan jasa sewa sebesar US$42.000. Adapun penjualan batu bara domestik dengan pihak berelasi hanya sebesar US$145,84 juta. 

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Garibaldi Thohir mengatakan ADRO menghadapi menghadapi penurunan harga dan tekanan biaya karena inflasi. Namun dia mengklaim ADRO dapat mencapai target sepanjang 2023 karena model bisnis yang terintergrasi. 

“Kami juga berada di tempat yang tepat untuk ambil bagian pada inisiatif hilirisasi Indonesia, yang menekankan komitmen kami terhadap pertumbuhan berkelanjutan di jangka panjang,” katanya dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (1/11/2023). 

Produksi dan penjualan produk ADRO masing-masing naik 12% dan 11% menjadi 50,73 juta ton dan 49,12 juta ton, yang diofset dengan penurunan 25% pada harga jual rata-rata (ASP).

Sementara itu, ADRO justru membukukan kenaikan beban pokok pendapatan meski pendapatan usaha turun. Sepanjang sembilan bulan 2023, ADRO mencatatkan beban pokok sebesar US$2,99 miliar atau setara Rp46,35 triliun. Beban itu naik 17,47% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$2,54 miliar. 

Peningkatan itu, kata Garibaldy, karena beban royalti lebih tinggi daripada pada periode yang sama tahun lalu. Biaya penambangan dan biaya pengolahan batu bara juga naik karena adanya kenaikan volume. Pengupasan lapisan penutup naik 25% menjadi 217,43 juta bcm, dan nisbah kupas tercatat sebesar 4,29 kali, atau naik 12% dari 9M22.

“Total biaya bahan bakar naik 18% akibat kenaikan 33% pada konsumsi bahan bakar,” katanya. 

Alhasil laba kotor ADRO tergerus 40,92% menjadi US$1,98 miliar atau setara Rp30,78 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,36 miliar. 

Selaras, laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk tercatat sebesar US$1,21 miliar atau setara Rp18,87 triliun. Capaian tersebut tergerus 35,96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$1,90 miliar. 

Adapun Liabilitas ADRO juga turun menjadi US$2,98 miliar dibandingkan periode akhir 2022 yang tercatat sebesar US$4,25 miliar. Adapun pos yang berkurang adalah utang pajak penghasilan badan dan utang dividen. 

Secara lebih rinci, liabilitas jangka pendek ADRO tercatat sebesar US$1,18 miliar dan liabilitas jangka panjang tercatat sebesar US$1,79 miliar. Kemudian ADRO mencatatkan ekuitas sebesar US$7,41 miliar dan total aset mencapai US$10,39 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper