Bisnis.com, JAKARTA - Laju nilai tukar rupiah pekan depan diprediksi melemah hingga menyentuh level Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS), jelang pertemuan The Fed atau Federal Open Market Commitee (FOMC) tanggal 31 Oktober-1 November 2023.
Adapun pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (27/10/2023), nilai tukar rupiah terdepresiasi 0,12% atau 19 poin ke Rp15.938 per dolar AS. Indeks greenback yang mengukur kekuatan dolar di hadapan mata uang utama cenderung stabil di 106,61.
Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjendra mengatakan, terkait keputusan suku bunga The Fed pekan depan, pasar masih berekspektasi tingkat suku bunga masih ditahan di level yang sama yakni 5,25%-5,5%. Namun, rupiah masih berisiko melemah terhadap dolar AS.
"Rupiah masih bergerak melemah di sekitaran Rp15.900 terhadap dolar AS di pekan ini. Ini mengindikasikan pelemahan rupiah masih terbuka, demikian juga potensi pelemahan ke area Rp16.000," ujar Ariston kepada Bisnis, dikutip Minggu, (29/10/2023).
Meskipun demikian, para pejabat The Fed sebelumnya mengatakan bahwa tingkat imbal hasil obligasi AS yang tinggi sudah membantu menahan laju kenaikan harga-harga, sehingga, menurutnya belum memerlukan kenaikan suku bunga lagi. US Treasury Yield tenor 10 tahun berada di level 4,84% pada Jumat, (27/10/2023).
Selain itu, dia mengatakan sentimen pekan depan dari Negeri Paman Sam juga akan dirilis data-data ekonomi penting yang bisa menggerakkan dolar AS seperti data tenaga kerja, data indeks aktivitas bisnis AS.
Baca Juga
"Pasar juga masih mempertimbangkan isu pelambatan ekonomi global. Data-data ekonomi dari Eropa seperti data inflasi dan PDB, serta data dari China yaitu indeks aktivitas manufaktur akan memberikan gambaran mengenai pelambatan ekonomi global. Isu ini bisa menekan aset berisiko seperti rupiah," pungkasnya.
Adapun, berdasarkan data pemerintah AS yang dirilis Kamis, (26/10/2023), produk domestik bruto (PDB) AS meningkat 4,9% pada kuartal III/2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Pertumbuhan PDB ini berada di atas proyeksi pasar yang memperkirakan PDB tumbuh 4,3% dan jauh lebih tinggi dari pertumbuhan PDB kuartal II/2023 sebesar 2,1%. Melesatnya ekonomi AS mengindikasikan The Fed akan kembali mengerek suku bunga acuan, setidaknya hingga akhir tahun.
Analis Pasar Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong mengatakan, data kuat PDB AS membuat The Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
The Fed hampir pasti akan mempertahankan suku bunga pada pekan depan. Namun, perlu diingat bahwa The Fed masih menjadwalkan pertemuan pada Desember 2023.
Tak hanya itu, menurutnya sentimen yang memengaruhi rupiah selain dari dolar AS adalah eskalasi Perang Hamas vs Israel di Timur Tengah yang kian memanas, serta pelambatan ekonomi di China.
"Sedangkan dari domestik, tentunya investor menantikan data inflasi Indonesia pada hari Rabu. Peluang rupiah melemah di atas Rp16.000 per dolar AS sangat terbuka. Range di Rp15.800-Rp16.100," ujar Lukman kepada Bisnis.