Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat dan bersiap mencatatkan kenaikan mingguan kedua berturut-turut lantaran ketegangan di Timur Tengah semakin meningkat.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (20/10/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak November 2023 menguat 0,96% atau 0,86 poin menjadi US$90,23 per barel pada pukul 13.59 WIB. Kemudian, harga minyak Brent kontrak Desember 2023 juga menguat 0,75% atau 0,69 poin ke US$93,07 per barel pada pukul 14.00 WIB.
Harga minyak patokan Brent telah naik di atas US$93 per barel dan WTI yang mendekati US$91. Harga komoditas ini telah terdorong lebih tinggi akibat krisis yang dipicu oleh serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.
Pendiri konsultan Vanda Insights, Vandana Hari, dalam mengutip insiden terbaru termasuk rudal dari Yaman, mengatakan bahwa premi risiko minyak mentah kembali meningkat.
“Selama ketegangan Israel-Hamas masih tinggi, minyak mentah akan tetap rentan terhadap lonjakan lebih lanjut karena adanya tanda-tanda eskalasi,” jelasnya, seperti dikutip dari Bloomberg, pada Jumat (20/10).
Untuk diketahui, Pentagon menuturkan bahwa Amerika Serikat (AS) melihat peningkatan serangan pesawat tak berawak di Iran dan Suriah. Sementara itu, kapal perusak AS juga menghalau rudal yang ditembakkan ke arah Israel oleh pemberontak Houthi di Yaman.
Baca Juga
Selain itu, diketahui bahwa Israel diperkirakan akan meluncurkan invasi darat ke Gaza, setelah mengerahkan pasukan di perbatasan.
Konflik ini dikhawatirkan akan meluas ke negara-negara lain, termasuk Iran, dan berpotensi melibatkan AS yang telah meningkatkan kehadiran militer lokalnya secara signifikan.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden juga mengunjungi wilayah tersebut secara singkat untuk menawarkan dukungannya kepada Israel dan pada saat yang sama mendorong upaya agar konflik dapat diatasi.
Namun, pertemuan yang direncanakan dengan para pemimpin Arab dibatalkan, menyusul ledakan yang terjadi di rumah sakit di jalur Gaza.
Harga minyak mentah minggu ini juga didukung oleh berita stok. Meskipun data menunjukkan bahwa persediaan komersial di pusat utama di Cushing, Oklahoma, menurun ke level terendah sejak 2014, Departemen Energi AS mengatakan bahwa mereka berencana untuk membeli sebanyak 6 juta barel untuk Strategic Petroleum Reserve (SPR).