Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diminta mewaspadai aksi dari para spekulan yang berpeluang mengerek nilai tukar rupiah menuju level Rp16.000 jelang Pemilu 2024.
Rapat Dewan Gubernur BI pada hari ini, Kamis (19/10/2023) menaikkan tingkat suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 0,25 basis poin menjadi 6%.
Seiring dengan keputusan tersebut, rupiah ditutup melemah 85 poin atau 0,54% menuju Rp15.815 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah sempat terdepresiasi hingga 130 poin.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa langkah BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah lewat kebijakan mengerek suku bunga acuan ke level 6% hanya akan bertahan dalam jangka pendek.
Oleh karena itu, dia menilai bahwa BI perlu mewaspadai aksi dari para spekulan ke depan. Menurutnya, memanasnya tensi politik di kawasan Timur Tengah membuat para spekulan menempuh aksi taking profit dari kenaikan dolar AS.
Adapun dari sisi dalam negeri, musim politik yang akan dimulai jelang masa kampanye Pemilu 2024 juga akan menjadi salah satu faktor yang akan membuat rupiah semakin melemah.
Baca Juga
“Ini harus berhati-hati karena yang dilawan BI adalah para spekulan, pas kebetulan bersamaan dengan tahun politik. Bisa saja rupiah itu ke Rp16.000 karena permainan spekulan yang sedang membutuhkan dana yang cukup besar,” ujar Ibrahim kepada Bisnis, Kamis (19/10/2023).
Ibrahim mengatakan pada perdagangan hari ini terdapat aksi jual rupiah dalam jumlah besar. Dia menduga penjualan tersebut dilakukan untuk persiapan masa kampanye pemilihan presiden.
“Ada aksi jual rupiah yang begitu besar untuk persiapan pilpres [pemilihan presiden]. Kemudian nanti pada saat harga mungkin di Rp15.600-Rp15.700 bisa saja para spekulan akan membeli dolar AS kembali untuk menuju di Rp16.000,” ujarnya.
Sementara itu, analis pasar mata uang Lukman Leong juga berpendapat bahwa keputusan BI untuk mengerek suku bunga akan sedikit menghambat laju penguatan dolar AS. Namun, pergerakan rupiah menuju Rp16.000 tampaknya sulit dibendung.
“Kecuali ada perubahan, seperti The Fed yang lebih lunak dan perang mereda atau berakhir. Susah bagi rupiah menghindari level Rp16.000,” kata Lukman.