Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini, Rabu (18/10/2023), masih memiliki secercah harapan untuk kembali menguat.
Rupiah kemarin ditutup menguat bersama sebagian mata uang Asia di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (17/10/2023), nilai tukar rupiah menguat tipis 0,03% atau 5 poin ke Rp15.716 per dolar AS. Pada saat sama, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback juga menguat 0,09% atau 0,10 poin di level 106,34 pada 15.10 WIB.
Mata uang Asia termasuk won Korea Selatan menguat 0,02%, ringgit Malaysia menguat 0,03%, rupee India menguat 0,03%, sementara yen Jepang melemah 0,07%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi untuk perdagangan hari ini, Rabu (18/10/2023), nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup menguat di rentang Rp15.690- Rp15.750 per dolar AS.
Pasalnya, dolar AS berayun dalam kisaran yang ketat pada Selasa karena para pedagang mengamati perkembangan di Timur Tengah dan bersiap untuk serangkaian pidato pejabat Bank Sentral AS minggu ini untuk mengukur prospek kebijakan moneter.
Baca Juga
“Diplomat keuangan terkemuka Jepang Masato Kanda mengatakan yen masih dianggap sebagai aset safe haven seperti dolar dan franc Swiss meskipun baru-baru ini melemah, dan mendapat manfaat dari permintaan akibat konflik di Timur Tengah,” kata Ibrahim dalam risetnya, Selasa (17/10/2023).
Lebih lanjut, nilai tukar shekel Israel pada Senin menembus level utama empat per dolar AS untuk pertama kalinya sejak tahun 2015 di tengah kegelisahan atas perang Israel dengan kelompok militan Hamas.
Saat ini, kata Ibrahim, perhatian investor akan tertuju pada Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell, yang akan menyampaikan pidatonya pada Kamis, di tengah minggu sibuknya pidato para kepala bank regional.
Adapun para pejabat The Fed akan memasuki periode blackout pada 21 Oktober sebelum periode blackout The Fed pada 31 Oktober–November 2023.
Presiden Federal Reserve Bank of Philadelphia Patrick Harker mengatakan pada Senin bahwa bank sentral tidak boleh menciptakan tekanan baru pada perekonomian dengan meningkatkan biaya pinjaman.
Investor dana berjangka Fed memperkirakan peluang 33% kenaikan suku bunga di bulan Desember dan 10% peluang kenaikan suku bunga pada November 2023, menurut FedWatch Tool milik CME Group.
Dari dalam negeri, kata Ibrahim, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia hingga September 2023 mencatatkan surplus sebesar US$3,42 miliar atau meningkat 0,30% secara bulanan (mtm). Neraca perdagangan indonesia tercatat surplus selama 41 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Lebih lanjut, surplus neraca perdagangan ditopang oleh surplus neraca komoditas non migas tercatat surplus sebesar US$5,34 miliar. Disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja. Namun, bila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu masih lebih rendah.