Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Larangan Ekspor Solar Rusia dan Dampaknya ke Asia

Pembatasan ekspor solar yang diberlakukan oleh Rusia merupakan guncangan terbaru yang dialami pasar energi sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato tahunannya kepada Majelis Federal di Moskow, Rusia 21 Februari 2023. Sputnik/Ramil Sitdikov/Kremlin via REUTERS
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato tahunannya kepada Majelis Federal di Moskow, Rusia 21 Februari 2023. Sputnik/Ramil Sitdikov/Kremlin via REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA – Harga solar di pasar Asia naik setelah larangan eskpor bahan bakar minyak dari Rusia, bahkan ketika sejumlah pengamat menilai larangan tersebut akan segera dicabut.

Larangan eskpor Rusia, yang mulai berlaku pada Kamis (21/9/2023) tampaknya akan memperburuk ketatnya pasar bahan bakar global, dengan permintaan yang akan meningkat pada bulan-bulan musim dingin karena banyak kilang di dunia yang tidak mempunyai sarana untuk meningkatkan produksi.

Di Asia, terdapat komplikasi tambahan karena pemulihan sektor penerbangan China juga semakin cepat, sehingga meningkatkan konsumsi bahan bakar jet, produk yang memiliki sifat serupa dengan solar.

Mengutip Bloomberg, Jumat (22/9/2023), pembatasan ekspor yang diberlakukan oleh Moskow merupakan guncangan terbaru yang dialami pasar energi sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 yang mengubah aliran minyak mentah dan produk di seluruh dunia.

Menurut data Vortexa Ltd, diesel atau solar adalah produk andalan bagi perekonomian global, menggerakkan truk, kapal dan kereta api, dan sepanjang tahun ini Rusia menjadi pengirim barang melalui laut terbesar di dunia.

“Banyak hal akan bergantung pada berapa lama Rusia mempertahankan larangan ekspor bahan bakar” kata analis Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar.

Para pengolah minyak di Tiongkok dan India telah mengekspor lebih banyak solar ke pembeli internasional karena kedua raksasa penyulingan tersebut mengonsumsi minyak mentah Rusia dan Iran dalam jumlah besar.

Selain itu, Asia juga bukan salah satu pembeli utama solar dan bensin Rusia, sehingga tidak akan terkena dampak paling parah dari larangan tersebut.

Pada Jumat, harga solar dibandingkan minyak mentah Dubai di Singapura naik 3,4 persen menjadi US$30,21 per barel. Harga tersebut masih jauh di bawah harga tertinggi pada Agustus 2023 yang di atas US$34 per barel, yang merupakan harga tertinggi sejak Januari 2023.

Isu Penyimpanan

Meskipun Rusia belum memberikan batas waktu berapa lama larangan ekspor solar, serta larangan tambahan untuk pengiriman bensin akan diberlakukan, ada ekspektasi luas bahwa larangan tersebut akan berlangsung singkat.

“Setelah pasokan dalam negeri terisi kembali, Rusia harus melanjutkan ekspor karena kurangnya kapasitas penyimpanan cadangan. Paling lambat, ekspor solar Rusia diperkirakan akan dilanjutkan dalam dua minggu, mungkin lebih awal.” kata konsultan industri FGE.

Pandangan serupa juga diutarakan oleh JP Morgan Chase & Co.

“Larangan di Rusia hanya akan berlangsung beberapa minggu, sampai panen selesai pada bulan Oktober,” tulis para analis termasuk Natasha Kaneva dan Prateek Kedia.

Namun penilaian yang dilakukan oleh Citigroup Inc. memiliki jangka waktu yang lebih lama, dengan larangan yang berlangsung sekitar enam minggu.

Yang pasti, solar Rusia telah dialihkan ke pasar seperti Turki, Amerika Latin, dan bahkan Timur Tengah sejak larangan Kelompok Tujuh terhadap bahan bakar Rusia diberlakukan. Meskipun hilangnya aliran minyak dari Rusia tidak akan langsung terasa di Asia karena kawasan ini merupakan rumah bagi industri penyulingan minyak yang besar, namun hal ini dapat memperketat pasar diesel global yang sudah bergejolak.

Pada saat yang sama, terdapat juga kekhawatiran mengenai kemampuan China untuk mengekspor lebih dari tingkat saat ini, yang sudah berada di atas normal. Pabrik penyulingan lokal telah meningkatkan pengolahannya dalam beberapa bulan terakhir karena besarnya keuntungan yang dihasilkan dari pembuatan bahan bakar, dan juga dari ekspor, meskipun arus keluar bahan bakar di China dikendalikan oleh kuota yang ditetapkan pemerintah, bukan oleh kekuatan pasar bebas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper