Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Goldman Sachs Naikkan Target Harga Minyak Brent jadi US$100 per Barel

Goldman Sachs menaikkan perkiraan 12 bulan untuk patokan minyak Brent menjadi US$100 per barel dari sebelumnya US$93 per barel.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA – Goldman Sachs Group Inc. kembali bergabung dengan para analis yang memprediksi bahwa harga minyak mentah global segera mencapai US$100 per barel. Goldman Sachs merevisi prediksi harga minyak menjadi tiga digit lantaran permintaan di seluruh dunia mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Mengutip Bloomberg, Rabu (20/9/2023), dengan kenaikan harga minyak lebih dari 30 persen sejak pertengahan Juni 2023, hingga menembus US$95 per barel pada Selasa (19/9/2023), Goldman Sachs menaikkan perkiraan 12 bulan untuk patokan global Brent menjadi US$100 per barel dari sebelumnya US$93 per barel.

Minyak telah mengalami reli yang kuat dalam beberapa bulan terakhir, mencapai level tertinggi dalam 10 bulan, berkat pembatasan pasokan yang signifikan dari negara-negara anggota OPEC+, Arab Saudi dan Rusia.

Menurut riset Goldman Sachs, prospek yang lebih cerah di dua negara dengan perekonomian terbesar, Amerika Serikat dan China, juga mendukung lonjakan harga ini, dengan penurunan stok yang sangat cepat. Saat ini, sebagian besar negara-negara besar masih berada pada jalur soft landing.

“Kami yakin OPEC akan mampu mempertahankan harga Brent pada kisaran US$80 hingga US$105 pada tahun 2024 dengan memanfaatkan pertumbuhan permintaan global yang kuat di Asia-sentris,” kata analis Daan Struyven, Callum Bruce, dan Yulia Zhestkova Grigsby dalam laporan tertanggal 20 September.

Mereka menambahkan, pada saat yang sama, OPEC tidak mungkin mendorong harga ke tingkat ekstrim, yang akan menghancurkan sisa permintaan jangka panjang.

Analis Goldman memprediksi pasar akan mengalami defisit sebesar 2 juta barel per hari pada kuartal ini, diikuti dengan kekurangan sebesar 1,1 juta barel per hari dalam tiga bulan terakhir tahun 2023. Konsumsi global segera mencapai rekornya.

Reli minyak telah menghidupkan kembali pembicaraan tentang kemungkinan penetapan harga US$100 per barel. Minggu ini, CEO Chevron Corp. Mike Wirth mengatakan hal tersebut akan terjadi, dengan alasan pasokan yang lebih ketat dan persediaan yang berkurang.

Amrita Sen, kepala penelitian di Energy Aspects Ltd., menganut pandangan serupa. Ia memperkirakan harga minyak bisa mencapai US$100, untuk sementara.

Bahkan salah satu pandangan paling bullish dalam pasar, Ed Morse dari Citigroup Inc., mengatakan bahwa faktor geopolitik ditambah perdagangan teknis dapat mendorong harga minyak melebihi US$100 untuk sementara waktu. Namun, pasokan pasar yang baik, dari produsen di luar OPEC, mencerminkan harga US$90 per barel tampak tidak berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper