Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed dan Bank Indonesia Rem Suku Bunga, Apa Dampaknya ke Saham BBRI?

The Fed dan Bank Indonesia putuskan untuk menahan suku bunga. Apa dampaknya ke saham BBRI?
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya. Hal tersebut tentunya berdampak pada kondisi pergerakan saham di Indonesia, salah satunya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).

Diberitakan oleh Reuters, dalam pertemuan Federal Open Market Comittee (FOMC) pada 19-20 September 2023 waktu setempat, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 5,25 persen—5,50 persen sembari tetap mempertahankan sikap hawkish. Sebuah sikap yang menunjukkan ketatnya kebijakan moneter tersebut.

Para petinggi otoritas moneter AS memproyeksikan kenaikan suku bunga akan kembali terjadi pada akhir tahun, yakni mencapai level 5,05 persen—5,75 persen. The Fed pun menegaskan bahwa inflasi tetap tinggi.

Pertumbuhan ekonomi dan data ketenagakerjaan yang lebih kuat dari perkiraan sebelumnya menjadi salah satu pertimbangan The Fed menahan suku bunga acuan. Kebijakan moneter The Fed kali ini pun, diklaim menjadi salah satu bentuk otoritas moneter AS tersebut untuk menjaga prospek ‘soft landing’ atau penurunan siklus dari perkonomian AS.

Fed Fund Rate atau suku bunga acuan The Fed berpeluang turun menjadi 5,10 persen dan 3,9 persen pada akhir 2023. Inflasi AS pun diproyeksikan turun menjadi 3,3 persen pada akhir tahun ini dan kembali turun menjadi 2,5 persen pada 2024. Lalu, pada 2025 inflasi kembali turun menjadi 2,2 persen.

Dari dalam negeri, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI-7 Days Repo Date (BI7DRR) di level 5,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 20-21 September 2023. Di mana suku bunga acuan BI telah bertahan di level tersebut sejak Januari 2023.

Mengacu pada keputusan tersebut, suku bunga Deposit Facility tetap di level 5 persen, dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 6,5 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan mempertahankan BI rate ini sebagai konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap rendah dan terkendalli dalam kisaran sasaran 3+/-1 persen pada tahun 2023 dan menurun menjadi 2,5 +-1 persen pada 2024.

"Fokus kebijakan moneter diarahkan pada penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai langkah antisipaasi dan mitigasi dari dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global," kata Perry.

Tentunya kebijakan The Fed dan RDG BI dalam menahan suku bunga acuan akan berpengaruh pada aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Salah satunya adalah saham BBRI yang pada pukul 16.00 WIB terpantau masih dalam posisi stagnan di harga Rp5.375.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, BBRI masih relatif likuid yang membuat kinerja kapitalisasi pasarnya semakin meningkat.

“Syukurlah kebijakan The Fed menahan tingkat suku bunga acuan di level yang sama. Sehingga ke depannya bisa diproyeksikan dan dimitigasikan bagaimana supaya perbankan mampu menekan potensi menipisnya net interest margin. Sekaligus memanfaatkan potensi pertumbuhan kredit untuk tahun ini.” kata Nafan kepada Bisnis, Jumat (22/9/2023).

Nafan juga menjelaskan, indikator Stochastics K_D dan RSI pada BBRI mulai menunjukkan sinyal positif. Nafan menyarankan membeli saham BBRI dengan target harga Rp5.550.

Indikator stochastics adalah indikator teknikal untuk melihat harga penutupan terakhir. Sementara itu, Relative Strength Index (RSI) merupakan indikator teknikal yang dapat mengukur kekuatan dan momentum dari pergerakan harga sebuah aset atau sekuritas dalam suatu periode.

Melalui kedua indikator tersebut, akan terlihat apakah saham mengalami overbought, yakni terlalu banyak pembelian atau oversold, yaitu terlalu banyak penjualan.

Dihubungi secara terpisah, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus mengatakan, BBRI sedang berusaha untuk mencoba mengalami kenaikkan setelah mengalami penurunan selama sepekan terakhir. Di mana BBRI kemungkinan akan memasuki fase konsolidasi atau kondisi pasar yang sedang datar.

“Melihat analisa teknikal, besar kemungkinan BBRI juga akan memasuki fase konsolidasi dengan rentang Rp5.300 – Rp5.475. Resistance Rp5.475 sendiri akan menjadi resistance kuat untuk mendorong BBRI kembali kepada jalur penguatan. Dan mungkin hari ini atau besok, momentum tersebut bisa didapatkan.” kata Nico kepada Bisnis, Kamis (21/9/2023). (Daffa Naufal Ramadhan)

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper