Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Minim Keputusan Suku Bunga The Fed dan BI ke Saham Properti

Selama belum ada sinyal penurunan suku bunga dari The Fed dan Bank Indonesia, kenaikan saham sektor properti relatif terbatas.
Mal Kota Kasablanka, salah satu pusat perbelanjaan yang dimiliki PT Pakuwon Jati Tbk./pakuwonjati.com
Mal Kota Kasablanka, salah satu pusat perbelanjaan yang dimiliki PT Pakuwon Jati Tbk./pakuwonjati.com

Bisnis.com, JAKARTA – Pengumuman kebijakan suku bunga dari bank sentral Amerika Serikat, The Fed dan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada pekan ini diproyeksikan memiliki dampak minim terhadap pergerakan saham properti. 

Baik The Fed maupun BI diperkirakan akan kembali menahan tingkat suku bunga acuan pada September 2023. Menurut survei Bloomberg, ekonom memproyeksikan suku bunga The Fed tetap berada di kisaran 5,25-5,50 persen. Adapun suku bunga BI diramal tetap di 5,75 persen.  

Perkiraan itu pun membuat Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina tidak terlampau optimistis bahwa keputusan dua bank sentral itu dapat menjadi sentimen positif bagi saham properti, yang sensitif terhadap pergerakan tingkat suku bunga. 

“Kemungkinan ditahannya suku bunga akan berpengaruh minimal ke sektor properti. Selama belum ada sinyal penurunan suku bunga, kenaikan saham sektor properti relatif terbatas,” ujar Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina, Selasa (19/9/2023). 

Memang, dalam kurun satu bulan terakhir, kompak mengalami penurunan, di antaranya saham PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE), PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON), PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA), dan PT Maha Properti Indonesia Tbk. (MPRO).

Pada penutupan perdagangan hari ini, saham BSDE melemah 8,48 persen menuju Rp1.025 dalam satu bulan terakhir. Adapun saham MPRO ambles 57,39 persen ke Rp1.815, sementara saham PWON yang turun 4,78 persen ke Rp438, dan SMRA merosot 11,36 persen ke Rp585.

Sementara itu, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyatakan bahwa meski daya beli dan konsumsi terjaga, pertumbuhan kredit akan terkena dampak dari tingkat suku bunga yang tinggi. 

Kendati demikian, dia menilai strategi penjualan yang dilakukan oleh emiten sektor properti cukup menarik sehingga mampu menjaga target penjualan di jalur positif. 

“Hal ini tentu yang memberikan implikasi positif bagi sektor properti yang di mana memang mengalami kenaikan sebesar 1,19 persen sejak awal tahun,” ujarnya kepada Bisnis

Nico memperkirakan sektor properti masih akan tertekan, meski tetap bertumbuh secara terbatas hingga akhir tahun ini. Sementara itu, pada 2024, sektor ini dinilai memiliki peluang untuk bersinar selama ada ruang penurunan tingkat suku bunga.  

SAHAM PANI

Di tengah pelemahan harga saham properti dalam kurun sebulan terakhir, ada nama PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) yang masih mencatatkan pertumbuhan saham secara signifikan. 

Saham emiten kongsi Grup Agung Sedayu dan Salim ini terpantau menguat dengan pelonjakan harga sebesar 41,32 persen dalam sebulan terakhir menuju posisi Rp4.070. Jika ditarik lebih jauh, saham emiten kongsi Aguan-Salim ini melesat 327,37 persen year-to-date (YtD). 

Lonjakan saham PANI dalam sebulan terakhir tidak lepas dari sederet rencana ekspansi dan aksi korporasi yang tengah disiapkan perseroan. PANI diketahui ingin mengakuisisi 7 perusahaan dengan nilai total mencapai Rp9,5 triliun.

Untuk memuluskan rencana tersebut, PANI berencana menggelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue. Perseroan dikabarkan mengincar dana segar Rp11 triliun dari aksi korporasi ini.

Wakil Presiden Komisaris Phiong Phillipus Darma menyampaikan bahwa sejauh perseroan belum menetapkan harga pelaksanaan rights issue dan masih mendiskusikan target dana yang dibidik dari aksi korporasi tersebut.

“Iya jumlahnya sedang kami pertimbangkan besarannya, tetapi jumlah sahamnya tidak akan lebih dari 8 miliar," ujarnya kepada awak media baru-baru ini.

Dihubungi terpisah, Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei menilai PANI sebagai pengembang kota mandiri PIK2 memiliki prospek positif. Langkah ekspansi juga disebut semakin masif seiring rencana rights issue yang sedang disiapkan.

“Dengan right issue yang akan diselenggarakan nanti, menjadikan jumlah lahan yang dimiliki PANI mencapai sekitar 1.600 hektar untuk dikembangkan secara penuh,” ujar Jono.

Sementara itu, Aldiracita Sekuritas Indonesia menilai keberhasilan atau kegagalan PANI dalam memberikan nilai maksimal bagi investor akan sangat bergantung pada kemajuan pengembangan PIK2, serta kemampuannya dalam mendapatkan izin pembangunan infrastruktur. Jika diraih, hal ini akan meningkatkan daya jual dari proyek tersebut.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper