Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (19/9/2023) saat data PMI Manufaktur Indonesia tercatat meningkat pada Agustus 2023 dan menjelang pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve pada 19-20 September 2023.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,07 persen atau 1- poin ke posisi Rp15.380 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar terpantau turun 0,13 persen ke posisi 104.719.
Mayoritas mata uang Asia terpantau bergerak melemah di hadapan dolar AS pada perdagangan hari ini. Yen Jepang melemah 0,02 persen, dolar Singapura turun 0,03 persen, dolar Taiwan melemah 0,16 persen, won Korea anjlok 0,31 persen, rupee India jatuh 0,11 persen, yuan China melemah 0,06 persen, ringgit Malaysia turun 0,14 persen dan bath Thailand anjlok 0,71 persen.
Hanya dolar Hong Kong yang mampu menguat 0,04 persen dan peso Filipina perkasa 0,16 persen terhadap dolar AS.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan kondisi pelemahan rupiah hari ini terjadi saat Purchasing Managers’ index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2023 mencapai rekor tertinggi dalam dua tahun yaitu sebesar 53,9 persen.
Kenaikan PMI mengindikasikan sentimen positif menggeliatnya sektor manufaktur nasional. Peningkatan PMI pada kuartal ini banyak di sumbangsih oleh kenaikan pada komponen volume produksi 55,16, volume total pesanan 54,37, dan volume persediaan barang jadi 53,10.
Baca Juga
Meskipun nilai PMI menunjukkan peningkatan, namun ada dua komponen PMI yang masih bergerak lamban dan menunjukkan pada posisi kontraksi (kurang 50). Dua komponen itu adalah Penerimaan barang pesanan input 49,21 dan Total jumlah karyawan 48,02
Dua komponen itu disebabkan sistem logistik global yang belum sepenuhnya pulih, kecenderungan negara-negara penghasil bahan baku untuk menahan ekspor karena mengantisipasi gangguan iklim ekstrem, serta indikasi sistem logistik nasional yang belum efisien.
Selain itu, adanya kehati-hatian di dunia usaha dalam merekrut pekerja untuk membuat komitmen jangka panjang. Menurut peneliti itu, perlu adanya sikap dan komunikasi publik yang baik terkait kebijakan ketenagakerjaan serta keberlanjutan pembangunan pasca pemilu.
Data PMI juga menunjukkan adanya kecepatan ekspansi atau pertumbuhan antar subsektor. Pada Kuartal II lalu, subsektor dengan PMI tertinggi yakni industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki. Meskipun demikian, persaingan yang ketat dengan produk impor, serta sulitnya bahan baku, dan akses pasar ekspor berpotensi menurunkan ekspansi industri ini pada kuartal III.
Sementara itu dari faktor eksternal yang mempengaruhi mata uang rupiah adalah ekspektasi pasar terhadap keputusan hawkish The Fed pada pertemuan pekan ini, menurut perangkat CME FedWatch, meskipun fokusnya akan tertuju pada panduan ke depan bank sentral.
Untuk perdagangan besok, Rabu (20/9/2023), Ibrahim memproyeksikan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada level Rp15.370 hingga Rp15.430 per dolar AS.