Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tambang milik konglomerat Christopher Sumasto Tjia, PT PAM Mineral Tbk. (NICL) akan mengakuisisi 50 persen tambang Nikel milik PT Sumber Mineral Abadi (SMA).
Manajemen PAM Mineral menjelaskan NICL akan membeli saham baru maksmimal 50 persen dari saham yang diterbitkan SMA atau sebanyak-banyaknya Rp140 miliar. Transaksi tersebut tertuang dalam Perjanjian Pembelian Saham Baru Bersyarat (PPSBB).
“Penandatanganan perjanjian tersebut terjadi pada 12 September 2023,” kata manajemen, dikutip Kamis (14/9/2023).
Penyelesaian PPSBB tergantung pada pemenuhan atas seluruh kondisi prasyarat oleh SMA yang paling lambat wajib dipenuhi paling lambat pada tanggal 29 Desember 2023. Tanggal penyelesaian merupakan tanggal efektif dari transaksi pembelian saham baru SMA oleh NICL.
NICL baru saja menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dengan 4 mata acara, yaitu perubahan anggaran dasar tentang klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia 2020, tentang pengumuman laporan keuangan, persetujuan perubahan susunan dewan komisaris dan perubahan alamat perusahaan.
Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka mengatakan NICL akan fokus untuk meningkatkan produksi nikel dari sebelumnya sebesar 2,1 juta ton menjadi sebesar 2,6 juta ton.
Baca Juga
“Kami sudah memperoleh persetujuan RKAB dari ESDM untuk rencana peningkatan produksi kami," katanya, dikutip dari pemberitaan Bisnis sebelumnya.
Ruddy menerangkan fokus ke depan akan menambah cadangan nikel baik melalui optimalisasikan dari di wilayah IUP Perseroan di Morowali maupun wilayah IUP anak perusahaan di Konawe.
"Selain itu, kami juga akan mencari peluang IUP baru baik secara organik maupun anorganik mendukung rencana Perseroan,” katanya.
NICL terangnya, berkomitmen melakukan ekplorasi berkelanjutan serta menjaga prinsip konservasi mineral melalui optimasi pemanfaatan bijih nikel yaitu memanfaatkan sumber daya mineral dan melakukan diversifikasi produk.
Diversifikasi produk dilakukan dengan pembagian berdasarkan persentasi kadar nikel yang terkandung dalam bijih menjadi bijih kadar rendah, bijih kadar menengah dan bijih kadar tinggi (low grade, middle grade, dan high grade).
NICL melakukan pemanfaatan bijih kadar rendah (low grade) dengan melakukan optimalisasi cut off grade sehingga bijih kadar rendah yang sebelumnya dianggap waste dapat diolah dan dipasarkan.