Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan nikel PT PAM Mineral Tbk. (NICL) akan membagikan dividen senilai Rp30,04 miliar untuk tahun buku 2022.
PAM Mineral melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2022 pada Rabu (3/5/2023). Salah satu mata acara ialah memutuskan pembagian dividen untuk pemegang saham.
Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka mengatakan perseroan berencana untuk melakukan pembagian dividen tunai untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2022 sebesar 20 persen dari laba bersih yang diperoleh NICL.
“Rencana pembagian dividen tunai ini telah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan, yang telah diselenggarakan pada hari Rabu, 3 Mei 2023," jelasnya dalam siaran pers.
Sepanjang tahun lalu, PAM membukukan penjualan sebesar Rp 1,13 triliun, melejit 170 persen dari tahun sebelumnya Rp 419,45 miliar. Laba bersih juga naik signifikan 230 persen mencapai Rp 150,21 miliar dari sebelumnya Rp 45,50 miliar.
PAM Mineral masih memiliki ekuitas di 2022 Rp 497,32 miliar, naik 43 persen dari tahun sebelumnya Rp 347,09 miliar, dengan aset yang juga tumbuh 44 persen menjadi Rp 600,87 miliar dari tahun sebelumnya Rp 417,35 miliar.
Baca Juga
Pertumbuhan kinerja PAM Mineral berlanjut pada awal 2023. Selama periode 3 bulan pertama tahun 2023, NICL meningkatkan penjualan sebesar 14,71 persen menjadi Rp 254 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun yakni sebesar Rp 222 miliar.
Laba bersih NICL melonjak sebesar 135 persen menjadi Rp 58,21 miliar pada kuartal I/2023 dari sebelumnya Rp 24,73 miliar. Menurut Ruddy, di tengah kondisi operasional yang cukup menantang dengan kendala curah hujan yang cukup tinggi pada periode Januari hingga Maret 2023, NICL masih bisa meningkatkan kinerja operasional yang cukup signifikan.
"NICL juga menargetkan produksi nikel pada tahun ini menjadi sebesar 2,6 juta metrik ton (MT), meningkat 24 persen dari realisasi produksi tahun 2022 sebesar 2,1 juta metrik ton (MT) yang berasal dari tambang PAM dan entitas anak PT Indrabakti Mustika (IBM)," jelasnya.
Peningkatan target produksi ini didasari dengan adanya kenaikan harga yang cukup signifikan dan lebih kompetitif untuk Harga Patokan Mineral (HPM). Target produksi tersebut juga untuk bijih nikel kadar 1,3 persen-1,75 persen Ni.
Ruddy mengatakan saat ini, produksi perseroan berasal dari dua entitas, yaitu dari pertambangan PAM dan IBM, anak usaha PAM dengan kepemilikan langsung sebesar 99,05 persen saham. Peningkatan target produksi tersebut juga didukung dengan estimasi permintaan yang cukup tinggi dari konsumen di tahun 2023.