Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas global pada pekan depan diprediksi melanjutkan penguatan atau rebound setelah ditutup menguat pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat, (1/9/2023). Harga emas terdorong data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang melemah.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak US$1,20 atau 0,06 persen menjadi ditutup pada US$1.967,10 per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh tertinggi sesi di 1.980,20 dan terendah di 1.960,70.
Harga emas berjangka minggu ini menguat 1,40 persen, meskipun merosot 2,00 persen sepanjang Agustus.
"Harga emas diperkirakan masih akan melanjutkan penguatan setelah serangkaian data ekonomi yang lemah dari AS minggu ini," ujar Analis Komoditas Lukman Leong kepada Bisnis, dikutip Minggu, (3/9/2023).
Adapun, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat (1/9/2023) bahwa AS menambah 187.000 pekerjaan pada Agustus. Namun, tingkat pengangguran melonjak secara tak terduga menjadi 3,8 persen dari 3,5 persen pada Juli, mencerminkan dampak dari suku bunga yang tinggi dan pendinginan bertahap perekonomian AS akibat booming yang terjadi setelah lockdown akibat pandemi.
Data ekonomi lainnya yang dirilis pada Jumat, (1/9/2023) beragam. Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur AS dari Global S&P turun menjadi 47,9 pada Agustus dari 49,0 pada Juli, menunjukkan penurunan yang lebih kuat dalam kondisi operasional di produsen barang-barang AS.
Baca Juga
"Data ADP dan Jolt lebih lemah, NFP umumya mix dengan penambahan tenaga kerja yang lebih tinggi dari perkiraan namun lebih rendah dari bulan lalu serta tingkat pengangguran yang meningkat lebih tinggi dari perkirakan," katanya.
PMI manufaktur dari Institute for Supply Management (ISM) tercatat 47,6 persen pada Agustus, 1,2 poin persentase lebih tinggi dari angka 46,4 persen pada Juli. Ini merupakan kontraksi bulan ke-10 dan kelanjutan tren penurunan yang dimulai pada Juni 2022.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa belanja konstruksi AS naik 0,7 persen ke tingkat tahunan sebesar 1,973 triliun dolar AS pada Juli, setelah naik sebesar 0,6 persen ke tingkat revisi sebesar 1,959 triliun dolar AS pada Juni.
"Minggu depan perhatian investor akan tertuju pada satu-satunya data penting AS yaitu ISM non manufaktur atau service. Pergerakan harga emas pekan depan diperkirakan US$1.925-US$1.970 per ounce," ujar Lukman.