Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Hari Ini, 22 Agustus 2023, Pasar Menanti Sabda Terbaru Jerome Powell

Harga emas diprediksi volatil dan pada perdagangan hari ini, di tengah penantian investor atas pidato Jerome Powell pada pertemuan Jackson Hole kamis nanti.
Ilustrasi emas global/Pexels.
Ilustrasi emas global/Pexels.
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas global menguat pada penutupan perdagangan Senin (21/8/2023), mencatat kenaikan hari kedua berturut-turut, di tengah penantian investor atas pertemuan Jackson Hole di Amerika Serikat pada Kamis mendatang, ketika para pembuat kebijakan ekonomi di seluruh dunia berkumpul dan Ketua Federal Reserve Jerome Powell diperkirakan akan menyampaikan pidatonya.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, naik 6,50 dolar AS atau 0,34 persen menjadi ditutup pada 1.923,00 dolar AS per ounce, setelah menyentuh tertinggi sesi di 1.927,90 dolar AS dan terendah di 1.913,60 dolar AS.

Bank sentral China, People's Bank of China (PBoC), menurunkan suku bunga pinjaman satu tahun sebesar 10 basis poin menjadi 3,45 persen. Pemotongan suku bunga yang lebih kecil dari perkiraan juga agak mendukung emas.

Fokus pasar kini tertuju pada simposium Jackson Hole akhir pekan ini, dimana peristiwa ini dapat membantu memperjelas arah kebijakan moneter bank-bank sentral terkemuka, sehingga membantu menentukan pergerakan harga emas dalam jangka pendek dan menengah.

Emas diperkirakan akan diperdagangkan dalam kisaran ketat dalam beberapa hari mendatang karena investor menunggu Simposium Jackson Hole akhir pekan ini.

Para analis pasar berpendapat bahwa suku bunga AS bisa tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama karena banyak pejabat Fed masih mengkhawatirkan inflasi. Harga emas mungkin mengalami kerugian lebih lanjut.

Emas telah "menderita tekanan yang disebabkan oleh dolar AS yang kuat, karena inflasi tetap tinggi dan ekonomi menunjukkan ketahanan yang diprediksi oleh beberapa orang," tulis Ricardo Evangelista, analis senior di ActivTrades, sebagaimana dikutip Antara.

Dengan latar tersebut, suku bunga AS dapat tetap tinggi untuk waktu yang lama, katanya, dan skenario ini "akan menciptakan ruang untuk kelanjutan dominasi dolar AS di pasar global, dengan harga emas kemungkinan akan mengalami penurunan lebih lanjut."

Sementara itu, tim analis Monex Investindo Futures menyebut, harga emas bergerak liar dalam rentang US$ 1.884 - US$ 1.898 per troy ons pada perdagangan awal pekan kemarin. Pergerakan liar emas terjadi memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) ketika naik hingga mencapai level tertinggi harian, kemudian berbalik turun mendekati level terendah dalam waktu singkat.

Setelahnya Gold berbalik naik lagi dalam waktu singkat lagi hingga mengakhiri perdagangan di 1.894,60 per troy ons, naik US$ 5,4 dari penutupan perdagangan Jumat.

“Liarnya pergerakan emas terjadi akibat imbal hasil (yield) obligasi AS (Treasury) yang kembali naik tinggi. Yield tenor 10 tahun kemarin menyentuh 4,35%, tertinggi sejak November 2007,” papar monex dalam riset hariannya, Selasa (22/8/2023).

Treasury dan emas, lanjut Monex,  sama-sama dianggap aset safe haven, bedanya Treasury memberikan imbal hasil sementara emas tidak. Ketika imbal hasil Treasury tinggi, Gold menjadi kurang menarik. Alhasill, harga emas kemarin bergerak liar, turun tajam setelah mendekati level psikologis US$ 1.900 per troy ons.

Di sisi lain, pelaku pasar kini menanti pertemuan Jackson Hole di Amerika Serikat mulai Kamis mendatang. Ada beberapa pejabat bank sentral AS (The Fed) yang akan berbicara, termasuk sang Gubernur Jerome Powell. Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh pejabat bank sentral dari berbagai negara.

Pelaku pasar akan mencari petunjuk terbaru apakah The Fed akan kembali menaikkan suku bunga atau tidak yang tentunya akan berdampak besar pada pergerakan harga emas.

“Sebelum pertemuan tersebut, harga emas masih akan volatil dan pada perdagangan Selasa (22/8/2023) ada peluang menguat melihat posisinya yang masih berada dekat level terendah lima bulan, dan yield Treasury kemungkinan belum akan naik lagi” pungkas Monex.


Penulis : Ibad Durrohman
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper