Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka melemah pada Selasa (8/8/2023) setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2023 yang berada di atas ekspektasi pasar.
Namun, rencana The Fed mengerek suku bunga lanjutan menguatkan dolar AS dan kemudian menekan rupiah.
Pukul 09.04 WIB, rupiah dibuka turun 40 poin atau 0,26 persen menjadi Rp15.225 per dolar AS. Indeks dolar AS naik 0,28 persen ke level 102,332.
Rupiah ditutup melemah 0,10 persen atau turun 15,0 poin sehingga parkir di Rp15.185 per dolar AS pada Senin (7/8/2023). Sementara itu, indeks dolar menguat 0,17 persen atau naik 0,177 poin ke 102,01 dibandingkan dengan posisi pembukaan 101,85.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya menyebutkan dolar dalam posisi defensif setelah laporan pekerjaan AS yang beragam memberikan sedikit keyakinan arah. Selain itu, fokus pasar beralih ke data inflasi dari dua ekonomi terbesar dunia yang akan dirilis minggu ini.
Data ketenagakerjaan AS pada Juli 2023 memperlihatkan penambahan lapangan kerja yang lebih sedikit, tetapi terdapat kenaikan upah yang solid dan penurunan tingkat pengangguran.
Baca Juga
Dari dalam negeri, BPS melaporkan bahwa produk domestik bruto (PDB) kuartal II/2023 tumbuh 3,86 persen dibandingkan dengan kuartal I/2023.
Dibandingkan dengan kuartal II/2022, perekonomian Indonesia tumbuh 5,17 persen atau berada di atas estimasi pasar sebesar 4,93 persen. Pertumbuhan ini juga lebih tinggi daripada kuartal I/2023 yang mencapai 5,04 persen year on year (YoY).
Melihat sejumlah sentimen ini, Ibrahim memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan ditutup melemah direntang Rp15.170—Rp15.230 per dolar AS.
Sementara itu, dalam pidato yang disiapkan untuk dikirim ke Kansas Bankers Association, Gubernur Federal Reserve Michelle Bowman mengatakan pada Sabtu (5/8/2023) bahwa Federal Reserve kemungkinan akan perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk menurunkan inflasi.
Bowman mengatakan dia mendukung kenaikan suku bunga Fed sebesar seperempat poin bulan lalu, dan memperkirakan bahwa "peningkatan suku bunga tambahan kemungkinan akan diperlukan untuk menurunkan inflasi ke target Fed sebesar 2,0 persen."
Laporan Monex Investindo Futures menyebutkan pernyataan Bowman terkait suku bunga yang perlu dinaikkan lagi setelah rilis data tenaga kerja memberikan penguatan terhadap dolar AS.