Bisnis.com, JAKARTA – Setelah membukukan rugi bersih senilai Rp1,8 triliun pada semester I/2023, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) mempunyai sederet upaya untuk memperbaiki profitabilitas dan operasional proyek konstruksi ke depan.
Dalam surat kepada otoritas bursa, Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya mengatakan perseroan akan melakukan refocusing portofolio bisnis berbasis proyek, dengan mengutamakan proyek berpola pembayaran rutin secara bulanan.
Secara total, Mahendra menyampaikan sebanyak 92 persen portofolio dari seluruh orderbook perseroan didanai dari eksternal. Oleh karena itu, tetap ada dana tunai yang masuk ke kantong perusahaan dari pihak ketiga.
Sementara itu, sesuai dengan monitoring perusahaan, terdapat lebih dari 60 persen proyek dari pemerintah dan BUMN dengan pola pembayaran rutin bulanan per Maret 2023. Persentase ini meningkat signifikan dibandingkan 2019 yang hanya mencapai 29 persen.
“Dengan model pembayaran ini, Wijaya Karya mengupayakan pengelolaan arus kas dapat dilakukan secara mandiri di setiap proyek tersebut, serta meminimalisasi terjadinya defisit pada arus kas di proyek,” tutur Mahendra dalam keterbukaan informasi, dikutip Kamis (3/8/2023).
Langkah berikutnya adalah penguatan tata kelola. Mahendra menjelaskan bahwa sejak 2020, WIKA telah menerapkan Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) berbasis ISO 37001:2016.
Baca Juga
Perseroan juga menerapkan whistleblowing system terintegrasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), penerapan four eyes principle dalam implementasi risiko manajemen, dan menerapkan pertahanan tiga lapis.
“WIKA meyakini bahwa penguatan tata kelola perusahaan ini akan semakin mendorong peningkatan bisnis dan kinerja perseroan secara berkelanjutan,” kata Mahendra.
WIKA, lanjutnya, juga akan melakukan percepatan penagihan piutang, di antaranya dengan membentuk unit special asset management yang fokus pada peningkatan kolektibilitas. WIKA juga akan menerapkan ERP (Enterprise Resource Planning) berbasis platform SAP mulai 2023.
Mahendra menyatakan bahwa lewat penerapan sistem ERP baru ini, perseroan meyakini pengendalian biaya dan pengelolaan arus kas akan menjadi lebih prudent, sehingga mendorong profitabilitas dan posisi likuiditas yang lebih baik.
Langkah berikutnya adalah mengimplementasikan teknologi building information modelling (BIM). Dengan teknologi ini, kata Mahendra, proses produksi dinilai akan menjadi lebih optimal dan mendorong biaya produksi semakin efisien.
“WIKA terus melakukan upaya efisiensi terhadap biaya usaha Perusahaan, hal ini tercermin dengan adanya keberhasilan penurunan biaya usaha dari tahun 2019 hingga tahun 2022 sebesar 22 persen,” pungkas Mahendra.
Sebagai informasi, sepanjang semester I/2023, WIKA mencatatkan peningkatan rugi komprehensif yang dapat diatribusikan kepada entitas induk, dari posisi Rp13,32 miliar pada tahun lalu menjadi Rp1,8 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian per 30 Juni 2023, sejatinya WIKA masih mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp9,25 triliun sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Jumlah tersebut tumbuh sebesar 28,81 persen year-on-year (YoY).
Namun, pada saat bersamaan, beban pokok pendapatan juga terkerek 29,25 persen YoY atau dari posisi Rp6,55 triliun pada semester I/2022 menjadi Rp8,47 triliun tahun ini. Alhasil akumulasi laba kotor mencapai Rp779,03 miliar, naik 24,20 persen secara tahunan.