Bisnis.com, JAKARTA – Emiten jasa angkutan laut PT Trans Power Marine Tbk. (TPMA) membukukan kenaikan laba bersih menjadi US$9,07 juta atau setara Rp136,38 miliar (kurs jisdor Rp15.032) sepanjang semester I/2023.
Berdasarkan laporan keuangan, dikutip Kamis (27/7/2023) TPMA membukukan kenaikan laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar 53,06 persen menjadi US$9,07 juta dari periode semester I/2022 sebesar US$5,92 juta.
Laba tersebut sejalan dengan kenaikan pendapatan usaha yang tercatat sebesar US$32,42 juta atau setara Rp487,40 miliar dibandingkan dengan semester I/2022 yang tercatat sebesar US$28,75 juta. Angka tersebut naik 12,75 persen.
Pendapatan tersebut ditopang oleh dua segmen, yaitu tunda dan tongkang yang mendominasi sebesar US$24,09 juta. Sementara itu segmen floating crane tercatat sebesar US$8,32 juta. Adapun yang menyumbang pendapatan lebih dari 10 persen dari pendapatan usaha adalah klien PT Dian Ciptamas Agung, PT Korintiga Hutani, PT Borneo Indobara, PT Jorong Barutama dan PT Pelayaran Bahtera Adhiguna.
Sementara itu, beban langsung tercatat sebesar US$21,10 juta atau setara dengan Rp317,19 miliar. Angka tersebut naik 6,82 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$19,75.
Segmen pendapatan langsung didominasi oleh bahan bakar sebesar US$7,99 juta dan beban penyusutan sebesar S$6,14 juta.
Baca Juga
Alhasil laba kotor tercatat sebesar US$11,32 juta atau setara dengan Rp170,21 miliar, posisi tersebut naik 25,74 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$9 juta.
Adapun kewajiban TPMA tercatat sebesar US$23,65 juta dengan rincian liabilitas jangka pendek mencapai US$15,94 dan liabilitas jangka panjang tercatat sebesar US$7,71 juta. Sementara itu ekuitas tercatat sebesar US$84,11 juta dengan jumlah aset sebesar US$110,77 juta.
Sebelumnya Direktur TPMA Rudi Sutiono mengatakan bahwa dari lima kapal yang dipesan pada 2022, baru 2 set yang datang pada kuartal II/2023.
Lima kapal tersebut adalah jenis set tug boat dan tongkang. Terkait dengan penurunan harga batu bara yang memengaruhi pengangkutan, Rudi mengklaim tidak mempengaruhi kinerja TPMA. Hal tersebut karena sampai saat ini kontrak pengangkutan masih berjalan seperti biasa.
Rudi juga menjelaskan bahwa saat ini aktivitas pelayaran masih cukup baik karena pelanggan TPMA merupakan perusahaan perusahaan besar yang penjualan dan konsumsi batu baranya cukup tinggi.
"Terkait dengan fluktuasi harga minyak mentah tidak terpengaruh karna cost fuel akan dibebankan ke customer," katanya kepada Bisnis.