Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Kembali Menjauhi Level Rp15.000 Sewaktu Dolar AS Melemah

Mata uang rupiah dibuka menguat di hadapan dolar AS bersamaan dengan indeks yang melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (20/7/2023).
Ilustrasi Rupiah. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan rencana implementasi redenominasi rupiah. JIBI/Bisnis.com
Ilustrasi Rupiah. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan rencana implementasi redenominasi rupiah. JIBI/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah dibuka menguat di hadapan dolar AS bersamaan dengan indeks yang melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (20/7/2023). 

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah dibuka menguat 0,03 persen atau 5 poin ke level 14.992 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar terpantau melemah 0,23 persen ke level 99,76. 

Adapun beberapa mata uang asing dibuka bervariasi, yen Jepang menguat 0,30 persen, dolar Singapura menguat 0,24 persen, won Korea menguat 0,20 persen, peso Filipina menguat 0,11 persen, yuan China naik 0,57 persen dan bath Thailand terbang 0,62 persen. 

Sementara itu mata uang yang berhasil melemah adalah ringgit Malaysia melemah 0,17 persen, rupee India melemah 0,08 persen, dan dolar Hong Kong melemah 0,02 persen. 

Sebelumnya mata uang rupiah ditutup menguat pke level Rp14.997 per dolar AS. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksikan mata uang hari ini akan ditutup menguat di rentang Rp14.950 hingga Rp15.050 per dolar AS. 

Gerak rupiah hari ini dipengaruhi oleh katalis Utang Luar Negeri Indonesia. Bank Indonesia (BI) melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2023 turun US$4,7 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Posisi ULN Indonesia pada akhir Mei 2023 tercatat US$398,3 miliar, turun dibandingkan dengan posisi ULN akhir April 2023 sebesar US$403,0 miliar. ULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi 1,7 persen yoy, lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 1,3 persen yoy.

Di sisi lain Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sekali lagi ketika bertemu minggu depan, tetapi pasar fokus pada akhir siklus pengetatan FOMC setelah harga konsumen AS mencatat kenaikan tahunan terkecil mereka dalam lebih dari dua tahun minggu lalu.

Pasar sekarang menunggu rilis data penjualan ritel dan produksi industri AS, yang akan dirilis hari ini, untuk petunjuk lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi terbesar dunia, dan potensi jalur suku bunga. Pembacaan penjualan ritel untuk bulan Juni diperkirakan telah meningkat dari bulan sebelumnya, sementara pertumbuhan produksi industri juga diperkirakan akan meningkat pada bulan Juni, menunjukkan ketahanan ekonomi AS.

Meskipun demikian, masih bisa diperdebatkan apakah angka-angka ini akan mengubah sentimen pasar mengingat harga konsumen dan produsen yang lemah minggu lalu.

Baik Bank Sentral Eropa dan Bank Inggris secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan masing-masing lagi pada pertemuan berikutnya, dan sepertinya tidak akan menghentikan siklus pengetatan mereka di sana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper