Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Menguat ke Rp14.950, Indeks Dolar Kian Tertekan

Rupiah bersama mayoritas uang Asia lainnya kompak menguat pada perdagangan hari ini, Jumat (14/7/2023) saat indeks Dolar AS melemah 0,09 persen.
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka menguat ke level Rp14.950 pada hari ini. Tangguhnya nilai rupiah seiring penguatan mata uang Asia lainnya, sedangkan dolar AS melemah.

Berdasarkan data Bloomberg dikutip Jumat, (14/7/2023) pukul 09.05 WIB, rupiah dibuka menguat 0,10 persen ke level Rp14.950 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,09 persen ke posisi 99,68 pada pagi ini.

Adapun, beberapa mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS yaitu ringgit Malaysia menguat 1,07 persen, peso Filipina menguat 0,23 persen, dolar Singapura menguat 0,08 persen, dan rupee India menguat 0,22 persen.

Selanjutnya, yen Jepang juga menguat 0,40 persen, yuan China menguat 0,06 persen, dolar Taiwan menguat 0,03 persen, dan won Korea menguat 0,45 persen. Pagi ini, hanya baht Thailand yang melemah 0,27 persen terhadap dolar AS.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan dolar terdorong oleh data inflasi AS yang melandai. Meskipun demikian, inflasi masih tetap di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen.

"Hal ini akan menarik lebih banyak kenaikan suku bunga oleh The Fed dalam waktu dekat, dengan pasar memperkirakan kenaikan setidaknya 25 basis poin dalam pertemuan akhir Juli," kata Ibrahim dalam risetnya, dikutip Jumat, (14/7/2023).

Para pejabat The Fed juga telah memberikan sinyal potensi hawkish atau kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang, dan memperingatkan bahwa inflasi inti masih tinggi.

Sementara itu dari dalam negeri, sentimen datang dari perlambatan ekonomi China yang berpotensi berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia. Keterkaitan ekonomi antara Indonesia dengan China cukup kuat.

Estimasi sensitivitas pertumbuhan ekonomi China terhadap perekonomian Indonesia sebesar 0,39 persen, yang berarti perlambatan ekonomi China sebesar 1 persen berpotensi memperlambat ekonomi Indonesia sebesar 0,39 persen. Angka ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan mitra dagang lainnya, misalnya Amerika Serikat.

Tak hanya, perlambatan ekonomi China juga diperkirakan akan menekan harga komoditas global, dan ini juga mempengaruhi ekonomi Indonesia yang masih cukup banyak mengandalkan komoditas, terutama batu bara dan CPO.

Saat ini, Indonesia hanya bisa mengandalkan pada konsumsi domestik, belanja pemerintah dan Foreign Direct Investment (FDI) dikala kondisi global bermasalah, termasuk ekonomi China yang melambat.

Untuk perdagangan hari ini, (14/7), Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.910-Rp15.010 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper