Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham PP Presisi (PPRE) Sentuh ARA Usai Kontrak Baru Tumbuh 60%

Saham PP Presisi (PPRE) melonjak 34,18% setelah kontrak baru tumbuh 60% di semester I/2025, mencapai Rp3,2 triliun, dengan dominasi sektor pertambangan dan konstruksi.
Investor mengamati layar pergerakan data saham di Jakarta, Kamis (17/7/2025)./Bisnis/Himawan L Nugraha
Investor mengamati layar pergerakan data saham di Jakarta, Kamis (17/7/2025)./Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — PT PP Presisi Tbk. (PPRE) memuncaki daftar saham paling cuan atau top gainers pada sesi pertama perdagangan hari ini usai melaporkan realisasi kontrak baru tumbuh 60% pada semester I/2025. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PPRE menembus auto rejection atas (ARA) dengan kenaikan sebesar 34,18% ke level Rp106 per saham hingga sesi pertama perdagangan Selasa (12/8/2025). 

Harga saham itu juga mencerminkan kenaikan sebesar 92,73% sejak awal tahun (year to date/YtD) dan menguat 85,95% dalam sepekan terakhir. 

Pada hari ini, total volume saham PPRE yang diperdagangkan mencapai 130,23 juta saham dengan nilai turnover sebesar Rp13,22 miliar. Adapun total kapitalisasi pasar atau market cap perseroan tembus Rp1,08 triliun.  

Sebelumnya, PPRE melaporkan telah meraih nilai kontrak baru sebesar Rp3,2 triliun hingga akhir kuartal II/2025. Capaian tersebut meningkat 60% dibandingkan periode sama tahun lalu yang meraih Rp2 triliun. 

Direktur Utama PPRE Rizki Dianugrah mengatakan kontrak baru yang diperoleh perseroan didominasi segmen jasa pertambangan dan konstruksi dengan kontribusi mencapai 89,58% dari total nilai kontrak baru. 

“Perseroan juga terus menjajaki peluang kemitraan strategis guna memperluas cakupan bisnis, khususnya di sektor pertambangan," kata Rizki dalam keterbukaan informasi, Senin (11/8/2025). 

Seiring dengan kenaikan nilai kontrak baru, kinerja keuangan emiten konstruksi ini disebut makin kokoh. Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2025, perseroan mencatat pendapatan sebesar Rp1,6 triliun dengan segmen pertambangan dan konstruksi memberikan kontribusi terbesar hingga 97,6%.  

Jika dikomparasikan dengan capaian tahun sebelumnya yang meraih Rp1,81 triliun, pendapatan tersebut mengalami koreksi sebesar 10,36% YoY.  

Namun, perseroan dapat mengerek laba bersih tahun berjalan sebesar 13,64% YoY menjadi Rp75 miliar dari tahun sebelumnya Rp66 miliar. Gross margin juga naik menjadi 19,50%, dibandingkan 18,05% pada kuartal II/2024. 

“Peningkatan margin ini menjadi indikator membaiknya kinerja operasional dan kontrol biaya yang semakin optimal,” ujar Rizki. 

Adapun, rasio leverage PPRE mengalami perbaikan tercermin dari debt to equity ratio (DER) yang turun menjadi 1,12x dari 1,17x pada periode sebelumnya.  

Sementara itu, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp4,62 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp1,06 miliar.  

“Kami terus mendorong peningkatan pendapatan dan kontrak baru melalui strategi yang adaptif dan fokus pada efisiensi operasional,” kata Rizki. 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro