Bisnis.com, JAKARTA — Emiten tambang nikel Grup Harita, PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) telah merealisasikan sebanyak 60,07 persen atau Rp5,83 triliun dari seluruh perolehan dana IPO.
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, emiten yang baru melantai 12 April 2023 tersebut telah melunasi seluruh pinjaman sesuai dengan rencana penggunaan dana pada prospektus awal IPO.
Secara lebih rinci, pinjaman tersebut terdiri dari pembayaran utang kepada pengendali NCKL, PT Harita Jayaraya sebesar Rp825 miliar. Selanjutnya pinjaman terhadap PT Dwimuria Investama Andalan sebesar Rp893,28 miliar atau sebesar US$60 juta.
Kemudian pinjaman terhadap Oversea-Chinese Banking Corporation Limited (OCBC) dan PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP) sebesar Rp2,21 triliun. Adapula pembayaran seluruh utang outstanding Fasilitas Term Loan 1 dan Fasilitas Term Loan 3 kepada OCBC NISP sebesar Rp130,74 miliar.
Selain melunasi seluruh kewajiban, NCKL juga telah menyerap belanja modal (capex) sebesar Rp40,74 miliar, dengan rincian pembelian alat berat seperti bulldozer, fuel truck, rock breaker dan alat berat lainnya, perbaikan dan peningkatan kapasitas infrastruktur pertambangan nikel serta infrastruktur pertambangan nikel serta infrastruktur pendukung meliputi pembangunan jalan tambang dan lainnya.
Sebelumnya pada prospektus, porsi capex NCKL dari dana IPO tercatat sebesar Rp323,89 miliar. Alhasil dana yang tersisa sebesar Rp283,15 miliar.
Baca Juga
Kemudian realisasi setoran modal dan pinjaman kepada asosiasi dan entitas anak tercatat sebesar Rp1,33 triliun. Penyaluran modal tersebut secara rinci adalah kepada Entitas Asosiasi, yaitu PT Karunia Permai Sentosa sebesar Rp675 miliar yang akan digunakan untuk membiayai pembangunan fasilitas pengolahan Ferronickel dengan menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang diperkirakan akan dimulai pada tahun 2023 dan target penyelesaian diperkirakan pada tahun 2025.
Setoran modal kepada Entitas Asosiasi, yaitu PT Obi Nickel Cobalt sebesar Rp150 miliar yang akan digunakan untuk membiayai pembangunan fasilitas pengolahan bijih nikel menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) berdasarkan proyek HPAL Tahap III, yang telah memulai konstruksi pada 2022, dengan perkiraan target penyelesaian pada tahun 2024.
Pemberian pinjaman Entitas Anak, yaitu PT Halmahera Jaya Feronikel sebesar Rp450 miliar untuk pembangunan lanjutan fasilitas pengolahan feronikel dengan menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).
Selanjutnya penyaluran pinjaman untuk belanja modal dua entitas anak PT Gane Permai Sentosa sebesar Rp50 miliar dan PT Jikodolong Megah Pertiwi Rp10 miliar.
Sementara itu jika melihat kembali prospektus dana yang diperuntukkan untuk suntikan belanja modal anak dan entitas asosiasi sebesar Rp4,92 triliun, maka dana yang tersisa tinggal Rp3,85 triliun.
Di sisi lain, NCKL juga menggunakan dana IPO untuk modal kerja sebesar Rp389,67 miliar untuk beberapa keperluan seperti pembayaran kontraktor Rp107,71 miliar, pembayaran royalty Rp103,81 miliar, gaji karyawan Rp56,18 miliar, perbaikan dan pemeliharaan Rp13,32 miliar dan lainnya Rp19,25 miliar.
Pada IPO April lalu, NCKL berhasil meraup dana segar sebesar Rp9,99 triliun yang setelah dikurangi biaya emisi efek sebesar Rp287,02 miliar tersisa Rp9,70 triliun. Alhasil dana yang tersisa tercatat sebesar Rp3,87 triliun atau sebanyak 39 persen.
Seluruh sisa dana tersebut ditempatkan dalam tiga bank yaitu PT Bank Permata Tbk. (BNLI) sebesar Rp1,5 triliun, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) sebesar Rp2,09 triliun dan PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP) sebesar Rp292,86 miliar.