Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prabowo Ingin BUMN Sumbang Dividen US$50 Miliar Buat Negara

Presiden Prabowo menargetkan BUMN menyumbang US$50 miliar per tahun untuk mencegah defisit APBN, dengan fokus pada efisiensi dan penguatan peran Danantara.
Logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terpasang di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terpasang di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Ringkasan Berita
  • Presiden Prabowo Subianto menargetkan BUMN untuk menyumbang dividen minimal US$50 miliar per tahun guna menghindari defisit APBN.
  • Prabowo menyoroti pengelolaan BUMN yang tidak efisien dan menginstruksikan pemangkasan jumlah komisaris serta penghapusan pembayaran tantiem.
  • Peran Badan Pengelola Investasi Danantara dan sektor swasta harus diperkuat dengan profesionalisme dan tata kelola yang transparan untuk mendukung ekonomi nasional.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto menyampaikan bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seharusnya mampu menyumbang setoran dividen minimal US$50 miliar per tahun kepada negara.

Prabowo Subianto, dalam pidato Penyampaian RUU APBN 2026 dan Nota Keuangan, sempat menyinggung terkait konsep return on assets (ROA) sebagai tolok ukur keberhasilan bisnis.

Menurutnya, dalam dunia usaha, bisnis dianggap baik jika ROA mencapai sekitar 12%, dengan asumsi konservatif 10%. Sementara untuk skala dalam negeri, dia menilai bahwa angka 5% sudah memadai.

“Aset yang dimiliki Indonesia yang berada di BUMN kita adalah senilai lebih dari US$1.000 triliun. Harusnya BUMN itu menyumbang kepada kita [negara] minimal US$50 miliar, kalau US$50 miliar, APBN kita tidak defisit,” ujar Prabowo di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Jumat (15/8/2025).

Presiden menyatakan selama ini pengelolaan BUMN kerap tidak masuk akal. Untuk itu, dia memberikan mandat khusus kepada Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara untuk menyelesaikan persoalan di perusahaan pelat merah.

Salah satu persoalan yang menjadi sorotan Prabowo adalah banyaknya keberadaan komisaris yang terlalu banyak. Dia pun memutuskan untuk memangkas jumlah komisaris menjadi maksimal enam orang, atau idealnya empat hingga lima orang, serta menghapus pembayaran tantiem.

“Saya hilangkan tantiem. Saya tidak mengerti apa tantiem, itu akal-akalan mereka saja, memilih istilah asing supaya kita tidak mengerti,” ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Prabowo juga menyatakan peran Danantara dan swasta harus semakin diperkuat sebagai pendorong ekonomi nasional.

Menurutnya, profesionalisme, kompetensi, dan integritas akan menjadi pijakan bagi Danantara, serta didukung tata kelola yang transparan dan akuntabel.

Prabowo menilai bahwa momentum ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memantapkan posisi sebagai kekuatan ekonomi global.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro