Bisnis.com, JAKARTA — PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel memproyeksikan produksi feronikel (FeNi) mencapai 60.000 ton pada 2025.
Target itu didorong oleh percepatan pembangunan proyek smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) ketiga yang berlangsung di Pulau Obi, Halmahera Selatan, melalui entitas usaha perseroan yakni PT Karunia Permai Sentosa (KPS).
Direktur Utama Harita Nickel Roy Arman Arfandi mengatakan perseroan telah merampungkan pembangunan 4 dari 12 jalur produksi pada proyek RKEF. Keempat jalur itu telah beroperasi secara bertahap sejak Januari-Maret 2025.
“Sementara itu, sisa 8 line masih dalam tahap konstruksi. Diperkirakan nanti kapasitas produksi tahun ini akan mencapai 60.000 ton kandungan nikel per tahun dalam bentuk FeNi,” ujarnya dalam paparan publik, Rabu (18/6/2025).
Selain pembangunan smelter, Roy mengatakan NCKL juga sedang mengembangkan proyek pengolahan kapur melalui pabrik PT Cipta Kemakmuran Mitra (CKM).
Pabrik tersebut akan mengolah batu kapur (limestone) menjadi quicklime untuk mendukung proses pengolahan nikel di fasilitas eksisting. Per kuartal I/2025, proyek senilai US$70 juta itu telah mencapai progres konstruksi sekitar 42%.
Baca Juga
Dari sisi hulu, Harita Nickel juga tengah mempersiapkan pembukaan tambang ketiga melalui PT Gane Tambang Sentosa (GTS). Perusahaan telah menyelesaikan eksplorasi di area seluas 438 hektare dengan 1.800 titik pengeboran per Maret 2025.
“Total area yang telah dieksplorasi itu kurang lebih 438 hektare dan diekspektasi untuk mulai berproduksi pada 2025. Bijih nikel ini karena lokasinya di pinggir laut sebelah selatan Obi, diharapkan akan dilakukan transportasi dengan [kapal] tug and barge,” ucap Roy.
Di sisi lain, sampai kuartal I/2025 emiten pertambangan dan dan pemrosesan nikel terintegrasi ini tercatat membukukan pendapatan sebesar Rp7,13 triliun. Perolehan tersebut naik dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yakni Rp6,03 triliun.
Seturut kenaikan pendapatan, beban pokok penjualan NCKL juga naik 13,81% year on year (YoY) menjadi Rp5,02 triliun. Dengan demikian, perseroan membukukan laba kotor sebesar Rp2,1 triliun atau meningkat 29,90% YoY sepanjang Januari-Maret 2025.
Perseroan juga menorehkan pertumbuhan laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar 65,48% YoY menjadi Rp1,65 triliun. Kenaikan ini turut mengerek laba per saham perseroan dari posisi Rp15,87 ke Rp26,27 per saham pada kuartal I/2025.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.