Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reksa Dana Saham Berpeluang Rebound Semester II/2023, tapi...

Reksa dana saham memiliki peluang cukup moderat untuk membalikkan kinerja negatif di tengah harapan IHSG akan melaju.
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Reksa dana saham memiliki peluang untuk rebound, setelah membukukan kinerja negatif sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd). Pasalnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih loyo di kisaran 6.600-an berdampak pada kinerja reksa dana saham yang merana sepanjang tahun berjalan. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Selasa, (27/6/2023) atau hari terakhir semester I/2023, IHSG ditutup terkoreksi 0,04 persen dan parkir di level 6.661,88.

Sementara itu, mengacu data Infovesta dikutip Selasa, (27/6/2023), reksa dana saham membukukan kinerja negatif -1,97 persen secara year-to-date (ytd). Sedangkan reksa dana pendapatan tetap masih menjadi jawara dengan rata-rata kenaikan 3,52 persen ytd, atau mengungguli reksa dana pasar uang dengan kenaikan 1,91 persen ytd.

Investment Analyst Infovesta Capital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan reksa dana saham memiliki peluang cukup moderat untuk membalikkan kinerja negatif di tengah harapan indeks komposit akan melaju. Akan tetapi, volatilitasnya masih akan tinggi dipengaruhi berbagai sentimen global.

"Reksa dana saham ada peluang untuk rebound, namun memang volatilitas masih akan tinggi, mengingat The Fed dan bank sentral utama dunia lainnya masih akan menaikkan suku bunga acuan demi meredam tingkat inflasi," ujar Fajar kepada Bisnis, Selasa (27/6/2023).

Sebagaimana diketahui, Federal Reserve memberi sinyal akan menaikkan suku bunga hingga dua kali lagi pada semester II/2023. Hal tersebut menyiratkan bahwa para pejabat The Fed memperkirakan dua kali kenaikan suku bunga sebesar 25 bps atau satu kali kenaikan 50 bps sebelum akhir tahun.

Lebih lanjut dia mengatakan, salah satu sentimen positif dalam negeri untuk pasar saham adalah momen kampanye menjelang pemilu. Sedangkan untuk reksa dana pendapatan tetap diproyeksi masih akan mengalami penguatan, seiring tren melambatnya ekonomi global.

"Perlambatan ekonomi global membuat yield obligasi turun, dan mulai stabilnya pasar keuangan di Asia, sehingga mendorong minat investor asing untuk masuk, di tengah real yield yang masih atraktif," jelasnya.

Menurut Fajar, di tengah volatilitas yang masih akan tinggi, dan peluang reksa dana pendapatan tetap yang masih positif, maka manajer investasi (MI) diproyeksi masih akan mengandalkan reksa dana pendapatan tetap dan juga reksa dana berbasis indeks, mengingat beberapa indeks ada yang mencatatkan imbal hasil positif.

"Bagi investor, masih perlu memperbanyak kas dan mengoleksi pendapatan tetap, mengingat potensi imbal hasilnya masih akan positif, setidaknya hingga tahun depan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper