Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen kartu perdana dan solusi teknologi, PT Pelita Teknologi Global Tbk. (CHIP) membagikan dividen sebesar 20 persen dari laba bersih periode 2022, kendati belum genap empat bulan sejak melantai di bursa (IPO).
Keputusan ini merupakan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2023 CHIP yang berlangsung pada Selasa (20/6/2023). Porsi pembagian dividen setara dengan Rp1,86 miliar dari total laba bersih Rp9,34 miliar, atau senilai Rp2,31 per saham.
Direktur Utama Pelita Teknologi Ardarini menjelaskan bahwa capaian kinerja keuangan ini merupakan berkah dari menguatnya kepercayaan klien perusahaan telekomunikasi yang telah memesan kartu SIM dari pihaknya sejak 2021.
"Melihat perkembangan bisnis yang baik, tim manajemen memutuskan set up pabrik di Cikupa, Tangerang. Pada awal 2022, kami mulai penjualan melalui pabrik sendiri. Ini otomatis membuat margin lebih besar," ujarnya dalam paparan publik, Selasa (20/6/2023) sore.
Saat ini, CHIP merupakan pemasok terbesar untuk produk kartu SIM, scratch card (kartu vocer pulsa), dan fulfillment kepada Hutchison Indonesia (3) dan Indosat Ooredoo.
Kepercayaan dari operator selular inilah yang membuat penjualan tahunan CHIP pada 2022 meroket menjadi Rp147,38 miliar ketimbang periode 2021 senilai Rp66,45 miliar.
Baca Juga
Hal ini tergambar dari porsi penjualan CHIP pada 2021 yang lebih banyak dari scratch card sebanyak 51,05 persen, disusul kartu SIM yang hanya 39,53 persen. Namun, pada 2022, porsi penjualan kartu SIM melejit hingga 83,14 persen, sementara scratch card sebanyak 13,66 persen.
Direktur Keuangan Pelita Teknologi Hasri Zulkarnaen menjelaskan bahwa pembagian dividen ini turut mencerminkan pertumbuhan pesat perseroan, hanya dalam kurun waktu tiga tahun sejak mulai beroperasi.
"Laba bersih tahun berjalan pada 2020 masih minus Rp624,75 juta. Kemudian, laba bersih pada 2021 mencapai Rp5,05 miliar, dan akhirnya menembus Rp9,31 miliar di tahun 2022," jelasnya.
Sepanjang tahun ini, CHIP menargetkan penjualan mencapai Rp154,26 miliar, kemudian laba usaha dan laba bersih masing-masing tumbuh 12 persen dan 10 persen.
Beberapa strategi yang akan diusung, yaitu menambah kapasitas pabrik, membidik klien dari negara Afrika dan Timur Tengah, serta memperkuat ekspansi di lini bisnis solusi IT.
"Maka dari itu, alokasi laba bersih tahun lalu selain untuk dividen, ada pencadangan senilai Rp400 juta, dan selebihnya untuk modal kerja, terutama untuk terus memperbarui kapasitas SDM dalam rangka mengikuti perkembangan bisnis yang terjadi," tutupnya.