Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mendidih Disengat Permintaan yang Kuat dari China

Harga minyak membukukan kenaikan tajam ke level tertinggi satu minggu pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB, berkat harapan permintaan minyak yang kuat
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak membukukan kenaikan tajam ke level tertinggi satu minggu pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB, berkat harapan permintaan minyak yang kuat dan anjloknya dolar AS.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli terangkat 3,44 persen menjadi menetap di US$70,62 dolar AS per barel.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus bertambah 3,37 persen, menjadi ditutup pada US$75,67 per barel di London ICE Futures Exchange. Hal itu merupakan penutupan tertinggi untuk Brent dan WTI sejak 8 Juni.

Amerika Serikat mencatat US$686,6 miliar penjualan ritel dan jasa makanan pada Mei, naik 0,3 persen bulan ke bulan, menurut data yang dikeluarkan oleh Biro Sensus AS pada Kamis (15/6/2023).

Pertumbuhan penjualan ritel dan jasa makanan yang lebih tinggi dari perkiraan pada Mei menawarkan harapan akan permintaan minyak yang kuat di Amerika Serikat.

Sementara itu, tingkat pengolahan minyak mentah China pada Mei melonjak 15,4 persen secara tahun ke tahun mencapai 62 juta ton, menurut data yang dikeluarkan oleh Biro Statistik Nasional China pada Kamis (15/6/2023).

Permintaan minyak China diperkirakan akan terus meningkat pada tingkat yang pasti selama paruh kedua tahun ini, kata kepala eksekutif Kuwait Petroleum Corp.

"Jumlah kilang China mendorong reli harga minyak. Kemudian, tentu saja, Anda memiliki situasi makro dengan dolar (AS) turun sebagian karena jeda Federal Reserve AS dalam menaikkan suku bunga, sementara di Eropa mereka masih menaikkan suku bunga," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group.

Minyak mungkin menemukan beberapa dukungan karena para pedagang energi memperkirakan pemulihan China akan membaik dan karena Wall Street meragukan Ketua Federal Reserve Jerome Powell akan mampu menyampaikan ancaman hawkish-nya, kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan daring multi-aset.

Selain itu, meningkatnya sentimen risiko di pasar dan jatuhnya dolar AS memberikan dukungan tambahan untuk harga minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper