Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Turun Tertekan Rilis Data Ekonomi AS

Harga minyak ditutup turun pada perdagangan hari Selasa (14/5/2024), setelah data ekonomi AS memicu kekhawatiran bahwa suku bunga mungkin tetap tinggi.
Harga minyak ditutup turun pada perdagangan hari Selasa (14/5/2024), setelah data ekonomi AS memicu kekhawatiran bahwa suku bunga mungkin tetap tinggi./Bloomberg
Harga minyak ditutup turun pada perdagangan hari Selasa (14/5/2024), setelah data ekonomi AS memicu kekhawatiran bahwa suku bunga mungkin tetap tinggi./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak berakhir lebih rendah pada perdagangan hari Selasa (14/5/2024), setelah data ekonomi AS memicu kekhawatiran bahwa suku bunga mungkin tetap tinggi, namun potensi risiko terhadap pasokan akibat ketegangan di Timur Tengah dan kebakaran hutan di Kanada memberikan tekanan pada harga.

Mengutip Reuters, minyak mentah berjangka Brent ditutup turun 98 sen, atau 1,18% menjadi US$82,38 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun US$1,10, atau 1,39% pada US$78,02 per barel.

Indeks harga produsen AS meningkat lebih dari perkiraan pada bulan April, memicu kekhawatiran Federal Reserve akan mempertahankan kenaikan biaya pinjaman untuk melawan inflasi.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan dia memperkirakan inflasi AS akan terus menurun hingga tahun 2024 namun memperingatkan bahwa dia kurang percaya diri saat ini, karena harga-harga naik lebih cepat dari perkiraan pada kuartal pertama.

“Kisah inflasi yang tidak terkendali sehingga sedikit menarik kembali permintaan dan hal yang memberi dampak buruk adalah komentar Powell”, kata Tim Snyder, ekonom di Matador Economics.

Data harga konsumen AS diperkirakan dirilis pada hari Rabu dan akan mempengaruhi waktu penurunan suku bunga yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Angka inflasi yang lebih kuat dari perkiraan dapat menambah kekhawatiran bahwa perekonomian yang terlalu panas akan memaksa The Fed menaikkan suku bunga lagi, yang dapat menghambat pertumbuhan.

Sementara itu pada hari Selasa (14/5), Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetap berpegang pada perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global yang relatif kuat pada tahun 2024 dan mengatakan ada kemungkinan perekonomian dunia akan lebih baik dari perkiraan tahun ini.

Laporan bulanan OPEC menyebutkan permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 2,25 juta barel per hari (bph) pada tahun 2024 dan sebesar 1,85 juta barel per hari pada tahun 2025.

Pasar energi juga memperhatikan kebakaran hutan di wilayah terpencil di Kanada bagian barat yang dapat meningkatkan harga dengan mengganggu pasokan minyak.

Petugas pemadam kebakaran pada hari Senin berlomba untuk memadamkan satu kobaran api di British Columbia dan dua di Alberta dekat jantung industri pasir minyak negara itu.
Kanada memiliki kapasitas produksi sebesar 3,3 juta barel per hari (bpd), dan merupakan pemasok utama minyak mentah yang lebih berat.

“Menyebarnya kebakaran hutan di ladang minyak Alberta menimbulkan risiko penurunan terhadap prospek produksi Kanada yang konstruktif karena kebakaran besar di wilayah yang sama delapan tahun lalu memicu penghentian sementara produksi minyak lebih dari 1 juta barel per hari,” kata analis Goldman Sachs dalam sebuah catatan.

Sementara itu, konflik di Timur Tengah dapat berdampak pada kenaikan harga. Tank-tank Israel bergerak lebih jauh ke Rafah timur, mencapai beberapa distrik pemukiman di kota perbatasan selatan di mana lebih dari satu juta orang berlindung.

“Ketidakpastian atas Rafah dan dampak buruknya juga membuat pasar tetap gelisah,” kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group.

Persediaan minyak mentah dan bensin AS turun minggu lalu sementara stok sulingan naik, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa. Data inventaris resmi dari pemerintah AS akan dirilis pada hari Rabu.

Angka API menunjukkan stok minyak mentah turun 3,104 juta barel dalam pekan yang berakhir 10 Mei, kata sumber yang tidak mau disebutkan namanya.

Persediaan bensin turun 1,269 juta barel, dan sulingan naik 673.000 barel.

Minyak mentah berjangka Brent turun tipis 62 sen, atau 0,74% menjadi US$82,74 per barel pada pukul 16.40 ET tak lama setelah data API dipublikasikan, dan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun sebesar 68 sen, atau 0,86% menjadi US$78,44 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ibad Durrohman
Editor : Ibad Durrohman
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper