Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Robby Kurniawan

Pengawas di Otoritas Jasa Keuangan

Lihat artikel saya lainnya

OPINI : Upaya Mitigasi Pencucian Uang Kripto

Aset kripto seperti Bitcoin, Ethereum, dan lainnya menawarkan keamanan dan anonimitas yang lebih tinggi daripada metode keuangan tradisional.
Warga beraktivitas di dekat logo mata uang kripto di Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Warga beraktivitas di dekat logo mata uang kripto di Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Pencucian uang dan pendanaan terorisme merupakan masalah serius yang terus berkembang di era digital. Dalam beberapa tahun terakhir, media aset kripto telah menjadi perhatian utama dalam konteks ini.

Aset kripto seperti Bitcoin, Ethereum, dan lainnya menawarkan keamanan dan anonimitas yang lebih tinggi daripada metode keuangan tradisional.

Namun, keunggulan ini juga telah menarik perhatian para penjahat untuk menggunakan aset kripto sebagai alat untuk melakukan kegiatan ilegal. Dalam opini kali ini, kita akan mengeksplorasi dampak, tantangan, dan upaya penegakan hukum dalam mengatasi kejahatan pencucian uang dan pendanaan terorisme yang melibatkan media aset kripto.

Pertama-tama, mari kita pahami apa itu pencucian uang. Pencucian uang adalah proses mengubah uang yang berasal dari kegiatan ilegal menjadi aset yang terlihat legal. Aset kripto menyedia­kan sejumlah keunggulan untuk pelaku kejahatan pencucian uang. Transaksi menggunakan aset kripto dapat dilakukan secara anonim dengan menghindari peng­awasan pihak berwenang dan perantara keuangan tradi­sional.

Selain itu, aset kripto dapat ditransfer dengan cepat dan internasional tanpa batasan geografis yang signifikan. Hal ini membuatnya menarik bagi pelaku kejahatan yang ingin memanfaatkannya untuk mencuci uang hasil kegiatan ilegal.

Terkait dengan pendanaan terorisme, aset kripto juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan dan menyembunyikan dana yang akan digunakan dalam ke­­giatan teroris.

Namun, ada beberapa tantangan dalam menangani kejahatan pencucian uang dan pendanaan terorisme yang melibatkan aset kripto. Pertama, anonimitas yang tinggi dalam transaksi aset kripto membuatnya sulit untuk melacak aliran uang dan mengidentifikasi pemiliknya. Teknologi blockchain yang mendasari aset kripto sebenarnya transparan, tetapi identitas pemilik aset kripto tidak selalu terungkap secara langsung. Hal ini membuat pekerjaan penegak hukum menjadi lebih rumit dalam melacak jejak uang dan mengidentifikasi pelaku kejahatan.

Selain itu, aspek internasional dari aset kripto juga menjadi kendala. Transaksi aset kripto tidak terbatas oleh batasan geografis, yang berarti pelaku kejahatan dapat melakukan transaksi melintasi negara dengan mudah. Hal ini mempersulit upaya penegakan hukum dalam berkoordinasi.

Pencucian uang menggunakan media aset kripto melibatkan serangkaian teknik yang kompleks dan terus berkembang. Beberapa teknik umum yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

Pertama, campuran (mixing). Teknik ini melibatkan penggunaan layanan campuran atau mixer aset kripto yang bertujuan untuk mencampurkan transaksi dan mengaburkan jejak uang. Dalam hal ini, aset kripto dikirim melalui jaringan mixer yang memecah tran­saksi menjadi beberapa tran­saksi kecil dan mengirimkannya ke alamat yang berbeda, sehingga sulit untuk melacak sumber dan tujuan aset.

Kedua, koin yang tidak dapat dilacak (privacy coins): Beberapa aset kripto, seperti Monero dan Zcash, dirancang khusus untuk memberikan tingkat privasi dan anonimitas yang lebih tinggi daripada aset kripto lainnya. Teknologi ini memungkinkan transaksi sepenuhnya terenkripsi dan tidak dapat dilacak.

Ketiga, penggunaan bursa yang tidak berlisensi: Pelaku kejahatan dapat menggunakan bursa kripto yang tidak berlisensi untuk mencuci uang. Bursa semacam ini sering kali tidak memiliki prosedur know your customer (KYC) yang ketat, sehingga memungkinkan pengguna untuk melakukan transaksi tanpa mengungkapkan identitas asli mereka.

Keempat, penggunaan jaringan pribadi virtual (VPN): Menggunakan VPN dapat menyembunyikan lokasi geografis dan identitas pengguna saat melakukan transaksi menggunakan aset kripto. Ini mempersulit upaya penegakan hukum dalam melacak dan mengidentifikasi pelaku kejahatan.

Kelima, pemecahan tran­saksi (transaction fragmentation): Pelaku kejahatan dapat memecah transaksi besar menjadi beberapa transaksi kecil yang lebih sulit untuk dilacak. Transaksi kecil ini kemudian dikirim melalui berbagai alamat aset kripto yang berbeda-beda, menyulitkan upaya penegakan hukum untuk menghubungkan dan melacak jejak uang.

Dalam upaya melawan pencucian uang menggunakan media aset kripto, otoritas terkait dan penegak hukum perlu bekerja sama untuk mengembangkan strategi yang efektif.

Langkah-langkah seperti meningkatkan regulasi dan pengawasan pada bursa aset kripto, mendorong penerapan prosedur KYC yang ketat khususnya pada Virtual Asset Service Provider (VASP), serta meningkatkan kerja sama internasional dalam pertukaran informasi keuangan, seharusnya dapat menjadi bagian dari upaya tersebut. Penggunaan tracing tools baik yang bersifat open source maupun komersial juga sangat membantu Otoritas terkait maupun penegak hukum dalam melacak jejak transaksi kripto sampai dengan pelaku memanfaatkan aset kripto tersebut salah satunya dengan menukarkan asset kripto dengan mata uang konvensional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper