Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Bisnis-27 dibuka melemah pada perdagangan Senin (12/6/2023). Sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berada di zona merah awal perdagangan.
Indeks hasil kerja sama Bursa dengan Bisnis Indonesia itu terkoreksi 0,55 persen ke 590,22 atau turun 3,26 poin sampai pukul 09.01 WIB dan sempat mencapai level terendah di 589,66. Dari 27 konstituen, terdapat 14 emiten yang menguat, 4 stagnan, dan sisanya 9 perusahaan mengawali perdagangan di zona merah.
Saham-saham yang justru mendulang kenaikan saat indeks turun adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) sebesar 1,42 persen ke level Rp2.150. Selanjutnya saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) menguat 1,37 persen dan bertengger di Rp2.220 per sahamnya.
Selanjutnya terdapat saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) yang melonjak 1,11 persen dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) dan PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) masing-masing naik 0,84 persen dan 0,75 persen.
Di sisi lain, saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) menjadi penghuni indeks dengan koreksi terdalam sampai pukul 09.06 WIB. PGAS turun 9,09 persen sehingga berada di level harga di Rp1.300.
Selanjutnya TLKM, JSMR dan BBRI kompak turun dengan koreksi 3,37 persen, 1,59 persen, dan 0,92 persen.
Baca Juga
Beberapa saham yang stagnan di harga yang sama dengan penutupan perdagangan sebelumnya adalah BBNI di harga Rp9.225, BMRI di level harga Rp5.125 dan INCO di Rp6.350 per saham.
Sementara itu, IHSG terpantau melemah ke 6.690 sampai pukul 09.15 WIB. Phintraco Sekuritas dalam riset harian memperkirakan IHSG akan menguji resistance terdekat di level 6.730 pada awal pekan ini. Perdagangan Jumat (9/6/2023) pekan lalu memberi konfirmasi pivot breakout di 6.680 yang memvalidasi indikasi minor bullish reversal.
“Sepanjang pekan ini, IHSG diperkirakan cenderung melanjutkan minor bullish reversal dengan resistance kedua di kisaran 6.780–6.830,” tulis Phintraco.
Salah satu sentimen positif berasal dari revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh World Bank dari 4,8 persen year-on-year (YoY) menjadi 4,9 persen YoY. Sementara itu dari regional, sentimen positif berasal dari potensi kebijakan moneter yang lebih longgar di China setelah pemangkasan suku bunga deposito oleh bank besar milik negara di China pada pekan ini.