Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Menguat Akhir Pekan, Won Korsel Naik Paling Tinggi

Nilai tukar rupiah ditutup menguat ke Rp14.840 terhadap dolar Amerika Serikat pada Jumat (9/6/2023).
Nilai tukar rupiah ditutup menguat ke Rp14.840 terhadap dolar Amerika Serikat pada Jumat (9/6/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Nilai tukar rupiah ditutup menguat ke Rp14.840 terhadap dolar Amerika Serikat pada Jumat (9/6/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah ditutup menguat ke Rp14.840 terhadap dolar Amerika Serikat pada Jumat (9/6/2023).

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup naik 0,37 persen atau naik 55 poin. Hal tersebut terjadi di tengah kenaikan indeks dolar AS sebesar 0,12 persen ke 103,47.

Bersama dengan rupiah, beberapa mata uang Asia lainnya juga menguat seperti won Korea Selatan sebesar 0,96 persen dan peso Filipina naik 0,16 persen. Baht Thailand terpantau naik tipis 0,02 persen dan ringgit Malaysia menguat 0,18 persen.

Sementara itu, yen Jepang terpantau melemah 0,56 persen dan yuan China turun 0,20 persen.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar bergerak lebih tinggi terhadap mata uang lainnya setelah penurunan tajam sesi sebelumnya karena para pedagang mencari tempat berlindung yang aman menyusul data inflasi China yang lemah.

Safe haven dolar mendapat dorongan dari data ekonomi China yang positif. Inflasi konsumen China menyusut pada Mei dari bulan sebelumnya, sementara inflasi produsen turun pada laju tertajam dalam tujuh tahun.

"Ini mengikuti serangkaian pembacaan ekonomi yang lemah dari China dalam dua minggu terakhir, yang menunjukkan bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia, dan pendorong pertumbuhan regional utama, sedang berjuang untuk pulih dari pukulan Cocvid-nya," kata Ibrahim dalam riset.

Data tersebut dapat mendorong pemerintah China untuk meluncurkan langkah-langkah yang lebih mendukung dalam beberapa bulan mendatang, tetapi ini kemungkinan akan makin melemahkan yuan.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa pada akhir Mei menyusut dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada April lalu, cadangan devisa RI juga mengalami penurunan.

Bank sentral mencatat, posisi cadangan devisa nasional pada akhir Mei 2023 sebesar US$139,3 miliar. Posisi ini lebih rendah US$4,9 miliar dari April 2023 sebesar US$144,2 miliar.

Salah satu penyebab penurunan cadangan devisa ialah kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Dan antisipasi kebutuhan likuiditas valas perbankan sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian.

Meski demikian, cadangan devisa tetap terjaga dan setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. posisi itu juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke depan, cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga.

Hal ini seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung proses pemulihan ekonomi nasional.

Melihat sentimen ini, Ibrahim memperkirakan rupiah akan dibuka berfluktuatif pada Senin (12/6/2023). Namun ditutup menguat direntang  Rp14.810–Rp14.890 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper