Bisnis.com, JAKARTA - PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) melalui PT Adaro Power menyiapkan sejumlah ekspansi di energi baru terbarukan (EBT). Salah satunya di sektor pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Direktur Utama Adaro Power Dharma Djojonegoro mengatakan perusahaan berencana melakukan pengembangan solar PV supply chain. Rencananya, Solar PV dan Battery Energy Storage System (BESS) akan dibangun Adaro Power di Batam, Kepulauan Riau.
Menurutnya, terdapat potensi pengembangan solar PV hingga lebih dari 1 GWp, dan BESS dengan kapasitas lebih dari 3 GWh. Pengembangan solar PV supply chain juga dilatarbelakangi kebutuhan Singapura akan listrik terbarukan atau renewable.
"Adaro Power akan mencoba menyediakan listrik tersebut, tetapi sesuai dengan arahan pemerintah. Oke kami menyediakan listrik ini, harganya jauh lebih tinggi dari harga Indonesia, tapi harus memakai manufaktur di Indonesia. Jadi kami harus membuat solar PV supply chain di Indonesia," tutur Dharma dalam acara Bisnis Indonesia Green Economy Forum 2023, Selasa (6/6/2023).
Menurut Dharma, harus ada pihak yang memulai pembangunan ekosistem energi terbarukan atau renewable di Indonesia saat ini. Dia berharap proyek tersebut bisa membangun solar PV supply chain di Indonesia yang cukup besar sehingga bisa komersil dan cukup bersaing.
Dia melanjutkan pihaknya tengah mencoba menarik investasi manufaktur luar untuk membangun solar PV supply chain di Indonesia, yang akan digunakan untuk mengekspor sebagian listrik ke Singapura.
Baca Juga
Adapun, dalam rangka menyambut era green economy, Dharma menuturkan Adaro atau ADRO membangun pilar baru, yakni Adaro Green, dan Adaro Minerals. Adaro Green dibangun untuk mewadahi semua bentuk energi terbarukan dan bersih, sementara Adaro Minerals untuk mewadahi usaha ADRO di segala jenis mineral yang diperlukan.
"Kami lagi membangun green industrial estate di Kalimantan Utara. Di situ kami membangun aluminium smelter 500.000 ton, dan kami lagi membangun juga hydro power yang sekarang sedang kami bangun 1 GW dulu," tuturnya.
Terpisah, Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan ADRO tengah berupaya membangun manufaktur rantai pasok solar photovoltaic (PV).
Saat ini, Adaro atau ADRO tengah berdiskusi untuk meyakinkan manufaktur panel surya dan baterai untuk membangun pabrik di Indonesia.
"Kami juga telah berdiskusi dengan para calon offtaker di Singapura," kata Febriati kepada Bisnis, dikutip Rabu (7/6/2023).
Dia melanjutkan, kerja sama investasi dengan Singapura ini menjadi komitmen Adaro untuk mendukung program hilirisasi Indonesia yang akan mendongkrak nilai ekspor dan meningkatkan devisa negara.
Hal ini juga diharapkan dapat membantu mewujudkan iklim usaha yang baik dalam membangun industri dan manufaktur panel surya di dalam negeri, sehingga dapat mencapai nilai keekonomian proyek yang diinginkan.
Dia melanjutkan, untuk membangun pabrik yang kompetitif, diperlukan kapasitas produksi yang besar. Untuk itu, pabrik manufaktur ini nantinya akan memasok seluruh kebutuhan panel surya, termasuk untuk pengembang lain.
"Karena itu maka Adaro, bersama dengan pengembang lain, berkomitmen untuk mendukung program pemerintah Indonesia dalam meningkatkan produksi dalam negeri. Terutama industri rantai pasok Solar PV dan SPEB di Indonesia," ucapnya.
ADRO menurut Febriati melakukan kerja sama dengan beberapa pabrikan manufaktur PV dan baterai dari dalam dan luar negeri, antara lain PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia, LONGi Solar Technology Co., Ltd, Jiangsu Seraphim Solar System Co., Ltd, Znshine PV-Tech Co., Ltd, Sungrow Power Supply Co., Ltd, PT Huawei Tech Investment, dan REPT BATTERO Energy Co.,Ltd.