Bisnis.com, JAKARTA - Emiten Garibaldi 'Boy'Thohir PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) menyampaikan tengah berupaya membangun manufaktur rantai pasok solar photovoltaic (PV). Perseroan menjajaki mitra strategis asal Singapura.
Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan saat ini ADRO tengah berdiskusi untuk meyakinkan manufaktur panel surya dan baterai untuk membangun pabrik di Indonesia.
"Kami juga telah berdiskusi dengan para calon offtaker di Singapura," kata Febriati kepada Bisnis, dikutip Rabu (7/6/2023).
Dia melanjutkan, kerja sama investasi dengan Singapura ini merupakan wujud komitmen Adaro untuk mendukung program hilirisasi Indonesia yang akan mendongkrak nilai ekspor dan meningkatkan devisa negara.
Selain itu, ekspansi ADRO ini diharapkan dapat membantu mewujudkan iklim usaha yang baik dalam membangun industri dan manufaktur panel surya di dalam negeri, sehingga dapat mencapai nilai keekonomian proyek yang diinginkan.
Dia melanjutkan, membangun pabrik yang kompetitif memerlukan kapasitas produksi yang besar. Untuk itu, pabrik manufaktur ini nantinya akan memasok seluruh kebutuhan panel surya, termasuk untuk pengembang lain.
Baca Juga
"Karena itu maka Adaro, bersama dengan pengembang lain, berkomitmen untuk mendukung program pemerintah Indonesia dalam meningkatkan produksi dalam negeri. Terutama industri rantai pasok Solar PV dan SPEB di Indonesia," tutur dia.
Febriati menjelaskan, ADRO melakukan kerja sama dengan beberapa pabrikan manufaktur PV dan baterai dari dalam dan luar negeri, antara lain PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia, LONGi Solar Technology Co., Ltd, Jiangsu Seraphim Solar System Co., Ltd, Znshine PV-Tech Co., Ltd, Sungrow Power Supply Co., Ltd, PT Huawei Tech Investment, dan REPT BATTERO Energy Co.,Ltd.
Sebelumnya, dalam Bisnis Indonesia Green Economy Forum 2023 Direktur Utama Adaro Power Dharma Djojonegoro mengatakan rencana pengembangan Solar PV Supply Chain ini dilatarbelakangi kebutuhan Singapura akan listrik terbarukan atau renewable. Menurutnya, Adaro Power akan mencoba menyediakan listrik tersebut, tetapi sesuai dengan arahan pemerintah.
"Oke kami menyediakan listrik ini, harganya jauh lebih tinggi dari harga Indonesia. Tapi harus memakai manufaktur di Indonesia. Jadi kami harus membuat solar PV supply chain di Indonesia," tutur Dharma.
Menurut Dharma, harus ada pihak yang memulai pembangunan ekosistem energi terbarukan atau renewable di Indonesia saat ini. Dia berharap proyek tersebut bisa membangun solar PV supply chain di Indonesia yang cukup besar, sehingga bisa komersil dan cukup bersaing.
Dia melanjutkan pihaknya tengah mencoba menarik investasi manufaktur luar untuk membangun solar PV supply chain di Indonesia, yang akan digunakan untuk mengekspor sebagian listrik ke Singapura.
Berdasarkan rencananya, Solar PV dan Battery Energy Storage System (BESS) akan dibangun Adaro Power di Batam, Kepulauan Riau. Menurutnya, terdapat potensi pengembangan solar PV hingga lebih dari 1 GWp, dan BESS dengan kapasitas lebih dari 3 GWh.