Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Trimegah Bangun Persada (NCKL) Melesat, Terdorong Produksi Nikel Sulfat

Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) melonjak pagi ini seiring dengan sentimen produksi pabrik nikel sulfat.
Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) melonjak pagi ini seiring dengan sentimen produksi pabrik nikel sulfat.
Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) melonjak pagi ini seiring dengan sentimen produksi pabrik nikel sulfat.

Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) melonjak pagi ini, Senin (5/6/2023) bersama dengan penguatan IHSG, seiring dengan sentimen produksi pabrik nikel sulfat di entitas perseroan.

Pada pukul 10.01 WIB, saham NCKL naik 8,02 persen atau 65 poin menjadi Rp875 per saham. Sepanjang pagi ini, saham NCKL bergerak di rentang Rp810-885.

Transaksi saham NCKL mencapai Rp30,93 miliar. Kapitalisasi pasarnya Rp55,21 triliun dengan valuasi PER 8,81 kali. Namun, saham NCKL masih turun dibandingkan harga IPO Rp1.250 saat listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 April 2023. 

Pengoperasian pabrik nikel sulfat milik salah satu entitas bisnis PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL), PT Halmahera Persada Lygend, memberikan angin segar dalam pengembangan industri baterai kendaraan listrik.

Pabrik yang memiliki kapasitas produksi nikel sulfat terbesar di dunia itu menjadi katalis positif untuk produksi baterai kendaraan listrik, karena produk yang dihasilkan bisa diolah menjadi prekursor.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto mengatakan bahwa pengoperasian pabrik nikel sulfat di Pulau Obi itu bisa menjadi ‘game changer’ dalam pengembangan baterai kendaraan listrik.

“Nikel sulfat merupakan produk turunan dari nikel yang nanti dapat diolah menjadi prekursor. Keberhasilan ini sekaligus menunjukkan bagaimana kolaborasi investor lokal dan investor asing bisa bekerja sama dengan baik,” katanya pekan lalu.

Pengembangan industri baterai kendaraan listrik di Tanah Air memang kembali bergeliat di tengah kebijakan Inflation Reduction Act (IRA) yang ditawarkan Amerika Serikat atau AS. Sejumlah investor kembali mempercayai Indonesia sebagai tujuan investasi untuk memperkuat ekosistem kendaraan listrik.

PT Halmahera Persada Lygend (HPL) memproduksi nikel sulfat sebagai bahan baterai kendaraan listrik, yang menjadi pabrik pertama di Indonesia.

Anak perusahaan Trimegah Bangun Persada atau Harita Nickel yang berlokasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara itu telah memasuki tahap peningkatan yang signifikan atau ramping up untuk mencapai kapasitas produksi secara penuh.

Sekretaris NCKL Franssoka Y Sumarwi mengungkapkan pabrik nikel sulfat itu merupakan yang pertama di Indonesia, serta termasuk yang terbesar di dunia apabila dilihat dari segi kapasitas produksi.

"PT HPL untuk pertama kalinya berhasil memproduksi nikel sulfat kelas baterai pada 25 Maret 2023. Kami bersyukur karena ini merupakan tonggak sejarah pencapaian baru dalam sumber daya energi baru di Indonesia," katanya, mengutip Antara.

Dengan adanya perusahaan pertambangan itu, Indonesia akan tercatat sebagai bahan baku precursor katoda baterai kendaraan listrik. Karena itu, posisi Indonesia dalam peta industri baterai kendaraan listrik akan semakin bergengsi.

Franssoka mengungkapkan HPL terus menyempurnakan serta meningkatkan produksi hingga mencapai total kapasitas produksi 240.000 metrik ton (mt) nikel sulfat per tahun pada pertengahan 2023.

Perusahaan yang sebelumnya telah menjadi pionir dalam produksi bauran nikel dan kobalt, mixed hydroxide precipitate (MHP) pada 2021 tersebut.

Tak hanya menghasilkan nikel sulfat, hilirisasi dan pemurnian MHP juga akan menghasilkan kobalt sulfat (CoSO4). Adapun nikel sulfat dan kobalt sulfat merupakan material inti pembuatan katoda sumber energi baru, yaitu baterai kendaraan listrik.

"Dua senyawa ini merupakan contoh nyata keberhasilan konservasi dan peningkatan nilai tambah mineral, karena berasal dari pengolahan dan pemurnian bijih nikel kadar rendah atau limonit yang sebelumnya tidak bisa diolah atau menjadi overburden. Teknologi yang tepat, yaitu high pressure acid leach (HPAL) dan etos kerja yang tinggi memungkinkan ini terjadi," ungkap Franssoka.

Kapasitas produksi HPL memungkinkan perusahaan untuk mengolah dan memurnikan seluruh produksi MHP menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat.

Namun pada 2023, anak usaha NCKL ini baru merencanakan untuk mengolah sekitar 50 persen MHP menjadi nikel sulfat.

HPL juga sedang menjajaki penjualan dengan beberapa pembeli potensial dan diperkirakan ekspor perdana nikel sulfat akan dilakukan pada awal Juni 2023.

"Ke depan, perusahaan akan terus meningkatkan seluruh rantai industri sumber daya nikel, serta menjadi perusahaan manufaktur bahan energi baru yang mengedepankan pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat serta berkontribusi pada pengembangan industri," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper