Bisnis.com, JAKARTA - Harga nikel masih dalam tren penurunan. Namun, prospek emiten PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nikel diprediksi tetap cerah didukung oleh pertumbuhan volume produksi dari anak smelter Halmahera Jaya Feronikel (HJF).
Pada kuartal I/2023, emiten bersandi NCKL itu melaporkan peningkatan volume produksi hingga 14.000 ton, atau naik 116,6 persen year on year (yoy), yang terutama didorong oleh tambahan produksi dari lima dari delapan lini produksi di smelter RKEF HJF.
Tambahan produksi tersebut membantu meningkatkan volume penjualan NPI perusahaan menjadi 5.000 ton atau tumbuh 88,3 persen yoy.
Perusahaan memperkirakan lini produksi yang tersisa akan mulai beroperasi pada 2023, dan HJF akan mencapai kapasitas produksi penuhnya pada kuartal III/2023.
Di sisi lain, peningkatan produksi oleh HJF menyebabkan lonjakan biaya bahan baku dan biaya lain-lain masing-masing sebesar 263,5 persen yoy dan 3.443,9 persen yoy.
NCKL juga mencatatkan lonjakan biaya penambangan, yang disebabkan oleh perekrutan beberapa kontraktor tambang pada April 2022 untuk menggenjot produksi di tambang PT Gane Permai Sentosa (GPS).
Namun, NCKL memperkirakan pengeluarannya akan menurun pada kuartal II/2023, didukung oleh upaya efisiensi perusahaan.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Juan Harahap mengatakan tetap optimis NCKL akan membukukan pertumbuhan yang solid tahun ini, didukung oleh tambahan kapasitas produksi RKEF dan HPAL masing-masing sebesar 95.000 ton dan 18.000 ton.
Pendukung kinerja Perseroan lainnya di antaranya adanya potensi margin yang lebih baik, karena perusahaan akan mengkonversi produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) menjadi nikel sulfat dengan perkiraan produksi mencapai 37.000 ton dan kobalt sulfat 4.500 ton. Proyek tersebut direncanakan akan dimulai masing-masing pada April 2023 dan Juni 2023.
Dengan prospek tersebut, Samuel Sekuritas Indonesia memberikan rekomendasi Beli untuk saham NCKL dengan target harga lebih rendah di Rp1.500 per saham, turun dari target sebelumnya Rp2.000 per saham
"Kami melakukan beberapa penyesuaian pada proyeksi kami, di antaranya kami menurunkan proyeksi ASP FeNi kami sebesar 9,3 persen, sejalan dengan penurunan harga free on board [FOB] Nickel Pig Iron [NPI] Indonesia," jelas Juan.
Di samping itu, sampai dengan perdagangan Rabu (24/5/2023), harga nikel Londol Metal Exchange (LME) untuk kontrak tiga bulan turun 1,71 persen ke US$21.047 per ton.
Selain itu, analis juga menurunkan proyeksi harga MHP NCKL sebesar 16,7 persen. Oleh karena itu, Samuel Sekuritas Indonesia menurunkan perkiraan laba bersih NCKL untuk 2023 dan 2024 masing-masing sebanyak 23,9 persen dan 4,6 persen.
Pada perdagangan Rabu (24/5/2023) harga saham NCKL sendiri menyentuh Auto Reject Bawah (ARB) dengan penurunan 6,88 persen atau 65 poin ke Rp880. Sejak melantai di bursa, harga sahamnya sudah turun hingga 37,14 persen.
Baca Juga
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.