Bisnis.com, JAKARTA — Emiten BUMN farmasi PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) telah menyerap Rp90 miliar dari dana anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp1,2 triliun untuk 2023.
Direktur Kimia Farma Lina Sari mengatakan sebagian besar dana Rp90 miliar digunakan untuk pengadaan tanah dan bangunan, pemeliharaan mesin dan kendaraan, serta inventaris. Meski demikian, dia tidak bisa merincikan lebih detail mengenai rencana alokasi capex di 2023.
“Capex sekitar Rp1,2 triliun dan yang sudah dilaporkan sampai dengan posisi Maret 2023 adalah sekitar Rp90 miliar,” ujar Lina dalam paparan publik, Rabu (31/5/2023).
Lebih lanjut, dia mengatakan pendanaan dari capex tersebut akan menggunakan kas internal. Selain itu, Kimia Farma masih memiliki dana dari hasil aksi korporasi sebelumnya.
Sebagai informasi, Kimia Farma telah melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue sebesar Rp333,23 miliar dalam bentuk penerbitan obligasi wajib konversi (OWK).
Dalam aksi korporasi tersebut, Indonesia Investment Authority (INA) dan Silk Road Fund (SRF) resmi menyelesaikan transaksi investasi ke Kimia Farma dan PT Kimia Farma Apotek (KFA).
Baca Juga
INA dan SRF merupakan investor strategis KAEF dan KFA dengan mengambil bagian atas penerbitan OWK KAEF dan mengambil bagian 40 persen saham pada anak perusahaannya, KFA.
“Pada saat melakukan aksi korporasi kemarin ada dana yang sudah disiapkan kita gunakan untuk rebranding dan ekspansi kita,” katanya.
Aksi korporasi ini merupakan upaya Kimia Farma meningkatkan nilai dan mendukung kinerja kedepannya. Bergabungnya INA dan SRF dalam jajaran investor KAEF dinilai dapat meningkatkan performa perusahaan kedepannya.
Sebelumnya, Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah mengatakan tujuan investasi adalah untuk mengakselerasi akses layanan kesehatan di seluruh Indonesia, serta mengoptimalkan jaringan ritel dan saluran distribusinya.
Selain itu, investasi INA kepada Kimia Farma dinilai dapat serta mempercepat digitalisasi sistem layanan kesehatan untuk mencapai segmen pasien dan pelanggan yang lebih luas.
“Layanan kesehatan di Indonesia menawarkan peluang menarik bagi para investor, mengingat besarnya ukuran pasar dan kelas menengah yang tumbuh pesat di Indonesia,” tutur Ridha.
Chairwoman of The Board of Directors SRF Zhu Jun mengatakan penyelesaian transaksi investasi ini menandai dimulainya tahap baru kerja sama antara SRF, INA, KAEF, dan KFA. Dia mengatakan Kimia Farma dan KFA memiliki potensi besar untuk memberikan customer value yang berbeda dan layanan kesehatan yang lebih baik.
“Kami berharap investasi ini menjadi proyek unggulan dari kerja sama antara China dan Indonesia di bawah Belt and Road Initiative,” ujar Zhu Jun.