Bisnis.com, JAKARTA — Emiten BUMN farmasi PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) menargetkan pendapatan sekitar Rp11 triliun dan laba Rp130 miliar untuk 2023. Pendapatan ditargetkan naik 14,58 persen, dan Kimia Farma juga menargetkan laba setelah mengalami rugi Rp170,04 miliar sepanjang 2022.
Direktur Kimia Farma Lina Sari mengatakan demi mencapai target tersebut, emiten farmasi plat merah tersebut telah menjalin kerja sama dengan mitra kerja asing. Manajemen Kimia Farma disebut telah memperoleh non disclosure agreement (NDA) untuk calon mitra strategis dalam pengembangan bisnis.
“Target kita di akhir 2023 dengan pendapatan sekitar Rp11 triliun. Target dari net income sekitar Rp130 miliar,” ujarnya dalam paparan publik, Rabu (31/5/2023).
Dalam kesempatan sama Direktur Utama Kimia Farma David Utama mengatakan mitra strategis baru KAEF akan dilibatkan dalam mengembangkan organic growth atau pertumbuhan bisnis secara organik dengan sumber daya yang ada.
Lebih lanjut, dia mengatakan jaringan apotek lebih tinggi dibandingkan penjualan obat dari Kimia Farma. Hal ini yang membuat Kimia Farma mencari partner strategis untuk mengembangkan produk.
“Kunci organic growth mengembangkan bisnis bukan hanya Kimia Farma Group karena Kimia Farma akan sehat kalau third party dari luar grup cukup besar,” katanya.
Baca Juga
Dia mengatakan Kimia Farma telah melakukan roadshow ke Korea Selatan dan China sekitar dua bulan lalu. Kimia Farma disebut juga telah menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Sinopharm dan beberapa partner lainnya.
Dia menilai Kimia Farma perlu melakukan transformasi Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga dapat memberikan layanan yang memadai. Hal ini lantaran pelayanan operasional dinilai cukup sulit dibandingkan melakukan ekspansi usaha.
Pada 2022, KAEF mengantongi penjualan sebesar Rp9,60 triliun, turun 25,28 persen dibandingkan dengan 2021 sebesar Rp12,85 triliun. Penjualan ekspor dan domestik kompak turun pada 2022. KAEF melaporkan penjualan di dalam negeri turun 25,15 persen year-on-year (YoY) menjadi Rp9,47 triliun.
KAEF tercatat berbalik membukukan rugi sebesar Rp170,04 miliar sepanjang 2022, dari laba sebesar Rp302,27 miliar yang diperoleh pada 2021. Kinerja negatif bottom line Kimia Farma dipicu oleh penurunan signifikan pada penjualan bersih.