Bisnis.com, JAKARTA - Pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat Federal Open Market Committee (FOMC) yang memutuskan mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen pada kisaran 5-5,25 persen berimbas pada turunnya harga minyak dunia pada perdagangan hari ini.
Harga minyak global anjlok 4 persen pada Kamis (4/5/2023) pagi WIB setelah Federal Reserve AS (The Fed) menaikkan suku bunga sehingga investor resah tentang prospek ekonomi.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni jatuh 4,3 persen, menjadi US$68,60 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. WTI mencapai sesi terendah sejak 24 Maret di US$67,95 dolar AS per barel.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli merosot 4,0 persen menjadi ditutup pada US$72,33 di London ICE Futures Exchange, penutupan patokan global terendah sejak Desember 2021. Brent mencapai terendah sesi US$71,70 dolar AS per barel, terendah sejak 20 Maret 2023.
Di lain sisi, China sebagai negara manufaktur mengumumkan bahwa data aktivitas manufaktur atau The Purchasing Managers Index (PMI) turun pada April 2023 ke level 49,2. Realisasi tersebut lebih rendah dari periode Maret 2023 yang berada di level 51,9. Padahal, China tahun ini tengah menggaungkan campaign 'Open Border' usai dihantam pandemi Covid-19.
Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong mengatakan kedua sentimen tersebut berimbas kepada pergerakan harga minyak dunia. Kendati demikian, prospek harga minyak dunia hingga akhir tahun diprediksi masih akan stabil.
Baca Juga
"Untuk harga minyak, akhir dari siklus pengetatan dari The Fed akan mendukung, namun data Caixin PMI yang lemah menekan harga minyak," ujar Lukman kepada Bisnis pada Kamis (4/5/2023).
Meski demikian, lanjutnya, harga minyak sepanjang 2023 diperkirakan akan stabil di kisaran US$70-US$80 per barel dikarenakan harga berada di titik yang seimbang antara permintaan maupun pasokan.
Seiring prospek harga minyak yang diprediksi stabil hingga akhir tahun, prospek saham emiten yang bergerak di industri minyak juga akan semakin cerah. Beberapa emiten sektor minyak antara lain PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA), PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG), PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC), dan lain-lain.
"Emiten minyak masih tetap akan menikmati harga minyak yang relatif tinggi dan keuntungan yang besar, namun harga sahamnya juga akan relatif stabil seperti halnya harga minyak mentah dunia," pungkas Lukman.