Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Buyback Emas Antam Malah Makin Menjauh dari Rekor

Harga buyback emas Antam telah turun Rp37.000 dari rekor yang sempat dibukukan pada Maret 2023.
Ilustrasi emas batangan/ Bloomberg.
Ilustrasi emas batangan/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA — Harga buyback emas Antam makin menjauh dari posisi rekor yang sempat ditembus pada Maret 2023.

Berdasarkan informasi dari Unit Pengelolaan dan Pemurnian Logam Mulia Antam, harga buyback untuk produk berukuran 1 gram berada di level Rp948.000 pada 18 April 2023. Posisi itu turun Rp12.000 dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Data yang dihimpun Bisnis.com menunjukkan posisi harga buyback emas Antam itu telah turun Rp37.000 dari rekor tertingginya.

Tercatat, harga buyback sempat menembus Rp985.000 per gram pada 24 Maret 2023. Posisi itu setidaknya menjadi yang tertinggi sejak 2016.

Untuk diketahui, harga buyback emas batangan Antam LM mengikuti pergerakan harga dunia. Sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017, penjualan kembali emas batangan ke Antam dengan nominal lebih dari Rp10 juta, dikenakan PPh 22 sebesar 1,5 persen untuk pemegang NPWP dan 3 persen untuk non NPWP).

Adapun, PPh 22 atas transaksi buyback dipotong langsung dari total nilai buyback.

Buyback emas merupakan transaksi menjual kembali emas, baik dalam bentuk logam mulia, logam batangan, maupun perhiasan. Biasanya, harga yang dibanderol lebih rendah dari harga jual saat itu.

Kendati demikian, buyback emas masih bisa mendatangkan keuntungan jika ada selisih besar antara harga jual dan harga buyback.

Seperti diberitakan sebelumnya, harga emas spot pada Kamis (20/4/2023) pukul 12.45 WIB terpantau turun 0,05 persen atau 0,90 poin ke bawah US$2.000, tepatnya ke US$1.994,03 per troy ons.

Sementara itu, harga emas Comex untuk kontrak Juni 2023 tercatat turun 0,18 persen atau 3,60 poin ke US$2.003,70 per troy ons.

Analis MIFX Faisyal sebelumnya mengatakan harga emas berpeluang bergerak turun dalam jangka pendek pada Kamis (20/4/2023) di tengah sentimen menguatnya dolar AS dan tingginya tingkat imbal hasil obligasi AS.

"Hal tersebut terjadi lantaran adanya pernyataan yang cenderung hawkish dari sejumlah pejabat Federal Reserve AS yang memperkuat prospek kenaikan suku bunga AS," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper