Bisnis.com, JAKARTA — Investor asing terus memburu saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) usai perseroan menerbitkan laporan keuangan tahunan.
Mengacu pada data RTI, investor asing memasang posisi beli selama Maret kemarin. Hal itu bertepatan dengan waktu penerbitan kinerja keuangan perseroan.
Meskipun masih membukukan rugi bersih sampai dengan Rp39,57 triliun. Hal itu tidak menurunkan selera investor asing membeli saham teknologi tersebut.
Hal itu terlihat dari akumulasi beli yang mencapai Rp586,81 miliar. Investor asing setidaknya mengoleksi 4,1 miliar saham yang beredar di publik dari pembelian 60,2 miliar saham dan penjualan 56,1 miliar saham.
Dari sisi transaksi, mereka menghabiskan Rp7,1 triliun untuk membeli dan Rp6,5 triliun untuk menjual. Adapun beberapa broker yang kerap mengakumulasi adalah CGS-CIMB Sekuritas, J.P Morgan Sekuritas, dan Mandiri Sekuritas.
Sementara itu, penguatan saham GOTO terus terjadi sampai dengan sesi I perdagangan hari ini, Senin (3/4/2023). Emiten teknologi itu mampu menguat 1,83 persen ke Rp111 per saham. Saham perseroan ditransaksikan sebanyak 9.426 kali dengan nilai mencapai Rp135,43 miliar.
Baca Juga
Adapun tim riset MNC Sekuritas dalam risetnya menyebutkan masih ada ruang penguatan saham GOTO ke Rp168. Mereka menilai terdapat beberapa katalis positif yang bisa menunjang kinerja perseroan.
Diantaranya adalah GOTO disertakan dalam FTSE Global Equity Index Series (GEIS) Asia Pasifik mulai 20 Maret 2023.
"Dengan inklusi global, ada kemungkinan peningkatan aliran dana asing dan bisa menjadi katalis positif untuk harga saham," sebut tim dikutip Senin (3/4/2023).
Selain itu, tim riset MNC menilai GOTO memiliki ekosistem digital terlengkap di Indonesia, dengan segmen on-demand, e-commerce, dan fintech. Segmen on-demand memiliki tingkat take rate tertinggi di antara segmen lainnya, sedangkan e-commerce dapat menjadi pendorong ekosistem terintegrasi melalui Tokopedia serta potensi AOV yang tinggi.
Sementara itu, segmen fintech memiliki pertumbuhan tertinggi di antara segmen lainnya dan dapat dimonetisasi.
Senada dengan MNC Sekuritas, tim riset CLSA pun mempertahankan posisi beli dengan target harga Rp165.
Mereka mengungkap bila ada potensi pertumbuhan yang lebih moderat pada semester I/2023. Perseroan, sebut tim, akan lebih fokus pada optimalisasi pengurangan biaya dan mempertimbangkan untuk melihat kembali pertumbuhan pada tahun depan setelah mencapai basis biaya yang jauh lebih rendah.
"Hal ini memiliki keyakinan tinggi untuk mencapai titik impas Ebitda yang disesuaikan pada 2023, mengingat kerugian Ebitda yang disesuaikan pada Februari 2023 sudah menunjukkan perbaikan 40 persen dibandingkan dengan akhir tahun lalu,"pungkasnya.