Bisnis.com, JAKARTA - Potensi kerugian investasi PT Telkom Indonesia Persero Tbk. (TLKM) atas kepemilikan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) diperkirakan tidak berpengaruh terhadap besaran dividen emiten pelat merah tersebut.
Banyak investor yang mengkhawatirkan rugi investasi Telkom di GOTO akan menurunkan ekspektasi pembayaran dividen. Namun, Analis Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy memproyeksi rugi tersebut tidak akan mempengaruhi besaran dividen yang dibagi Telkom.
"Karena investasi di GOTO itu kan sifatnya strategis dan tidak untuk direalisasikan. Jadi pembagian dividen nantinya akan dihitung dari laba intinya," kata Robertus dalam webinar yang dihelat Indonesia Investment Education, dikutip Minggu (2/4/2023).
Robertus menjelaskan, laba inti itu tersebut adalah laba bersih yang mengeluarkan kerugian nilai investasi ataupun kerugian-kerugian yang tidak berhubungan dengan kegiatan usaha utama TLKM ataupun laba operasinya.
Robertus lantas menekankan bahwa investor tak perlu kelewat khawatir perihal dividen TLKM. Sebab, masih menurutnya, anajemen TLKM telah memberikan ancang-ancang jika dividen kemungkinan dapat lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
"Itu semata-mata juga yang membuat kami lebih cukup optimistis, karena kan net gearing-nya juga lebih rendah. Jadi ada ruang untuk bisa bagi dividen, dan karena masih cash-rich juga," tutur Robertus.
Baca Juga
Hingga akhir Desember 2022 pos saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya milik TLKM adalah sebesar Rp96,56 triliun. Sementara itu, pada 2022 TLKM mencetak laba bersih senilai Rp20,75 triliun, turun 16,18 dari 2021 yang sebesar Rp24,76 triliun.
Pendapatan TLKM tumbuh 2,9 persen secara tahunan menjadi Rp147,3 triliun, dari Rp143,2 triliun. Jumlah kas dan setara kas TLKM pada akhir 2022 turun 16,6 persen dari Rp38,3 triliun di 2021, menjadi Rp31,9 triliun di 2022.
Adapun pada 2022 lalu, TLKM memberikan dividen tahunan sebesar Rp14,85 triliun atau Rp149,97 per saham. Rasio pembayaran atau dividend pay out ratio (DPR) TLKM terhadap laba bersih ini adalah sebesar 60 persen. Rasio pembayaran tersebut merupakan rekor proporsi paling rendah dibandingkan tren 5 tahun terakhir, sejak 2017.
----
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.